Allah
menciptakan makhluk yang esensial hanya 3 macam yakni manusia, jin dan
malaikat. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits bersumber dari Muhammad
ibn Rafi’ dari Abd Razak.
قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم : خلقت الملائكة من نور و خلق الجان من مارج من نار و خلق آدم مما
و صف لكم
(رواه
مسلم عن محمد بن رافع عن عبد الرزاق)
Artinya:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam
diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)" (HR. Muslim).
Namun dalam
fenomena kehidupan, seolah-oleh ada dua “pemain” tambahan dalam catur kehidupan
dunia ini yakni setan dan Iblis. Sehingga seolah-olah mahluk yang esensial itu
ada 5 yaitu; manusia, jin, malaikat, setan dan iblis. Jadi siapakah dua “pemain
“ tambahan itu ? apakah memang mereka mahluk esensial lain selain yang tiga
yang Allah ciptakan?. Sekali-kali tidak, mereka adalah “oknum” dari manusia dan
jin, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-An’am 6:12 dan Al-Kahfi 18 :50
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا
لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى
بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ
وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah
Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis)
manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS: Al-An’am 6:112)
وَإِذْ قُلْنَا
لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ
الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ
أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلاً
Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada
Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin,
maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang
yang dzalim. (QS:Al-Kahfi 18:50)
Jadi istilah
setan atau iblis dalam tulisan ini konotasinya adalah sekelompok jin atau kalau
dengan istilah lain kelompok jin kafir. Ayat-ayat diatas, merupakan dasar
teologis dan filosofis perlunya manusia (muslim) “menjelajah” (mentadaburi)
alam jin dan alam malaikat, atau dalam istilah lain perlunya seorang muslim
untuk “berhubungan” dengan jin terlebih berhubungan dengan malaikat sebagaimana
seorang muslim berhubungan dengan sesamanya.
Bukti lain bahwa
seorang muslim perlu menjelajah kedalam kedua dunia tersebut, ketiga mahluk
esensial itu dijadikan sebagai nama surat dalam al-Qur’an yakni al-insan
(manusia) surat ke 76, surat al-Jin (jin) surat ke 72 dan Al-Mursalat
(malaikat-malaikat yang diutus) surat ke 77. “Menjelajah” atau “berhubungan”
yang dimaksud tentunya bukan berarti seorang muslim masuk kedalam alam mereka,
namun perlu memahami karakter dan lingkungan mereka yang nota benenya adalah
dunia gaib (kasat mata). Berhubungan dengan dunia jin pada dasarnya disebabkan
jin (setan/Iblis) adalah musuh besar mereka yang melakukan tipu daya kepada
manusia, sedangkan berhubungan dengan dunia malaikat karena sebagian malaikat
(rahmat) menjadi teman dekat manusia sebagaimana salah satunya disebutkan dalam
riwayat imam Muslim.
وَمَا اجْتَمَعَ قوم
في بيت من بيوتِ اللهِ يَتْلُونَ كتابَ اللهِ تعالى ، ويتَدَارَسُونَهُ بينهم إِلا
نَزَلَتْ عليهم السكينةُ ، وَغَشيَتهم الرحمةُ ، وحَفَّتهمُ الملائكةُ ،
وذَكَرهُمُ اللهُ فيمن عِندَهُ ،. أخرجه مسلم ، والترمذي.
"Tidak ada
sekelompok orang yang berkumpul di rumah Allah, mereka membaca dan mengkaji
serta mempelajari kandungan al-Qur'an, kecuali mereka akan diberikan
ketenangan, mereka akan dicurahkan rahmat dan kasih sayang serta mereka akan
dikelilingi oleh malaikat juga Allah akan mengingat (memberikan kasih sayang)
kepada orang yang disebut dan dimilikinya", (HR. Muslim).
Pembahasan
mengenai alam jin merupakan bahasan yang harus hati-hati karena terkadang lebih
banyak tahayul dan khurafatnya ketimbang informasi yang sebenarnya. Terlebih
apabila bahasan ini didasarkan kepada hadits-hadits yang tidak jelas
validitasnya. Maka tidak heran kalau disebagian kalangan menganggap bahwa
membicarakan dunia jin adalah perkara yang terlarang atau disebut perkara
syirik. Tentu saja pendapat ini menurut hemat penulis tidak sejalan dengan semangat
al-Qur’an, yakni senantiasa mentadaburi apa yang terdapat dalam al-Qur’an ,
fenomena jin sangat jelas dalam al-Qur’an selain dari surat Jin itu
sendiri,sehingga orang yang tidak mentadaburi Al-Qur’an (dunia jin) dikatakan
manusia yang tidak berakal.
أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah
mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ataukah hati mereka terkunci? (QS:Muhammad
47:24) Karena pembahasan ini termasuk pembahasan yang khathir, maka dengan
bismillah, penulis mencoba mengetengahkannya. Tentu, semua informasi sengaja
diketengahkan dengan berdasar kepada hadits-hadits yang shahih meski untuk hal
yang ringan, dikutipkan juga hadits dlaifnya, hanya tidak banyak. Karena
persoalan ini sangat pelik dan dharuri untuk membahasnya secara gamblang dengan
tentunya berpedoman kepada al-Qur'an dan Hadits yang shahih.
Dengan tulisan
ini diharapkan, dapat meluruskan pemahaman keliru selama ini tentang jin.
Misalnya, pemahaman bahwa jin dapat dilihat bentuk aslinya atau ketakutan yang
berlebihan terhadap jin. Pada pembahasan nanti akan nampak, bahwa tidak ada
alasan manusia harus takut berlebihan kepada jin, karena jin juga jauh lebih
takut oleh manusia. Manusia harus takut hanyalah oleh Allah. Dengan Tulisan ini juga diharapkan, para
pembaca akan lebih bersemangat dan sungguh- sungguh melaksanakan ibadahnya,
karena ternyata ibadahnya itulah yang membentengi dari gangguan jin jahat. Juga
agar pembaca mengetahui apa saja perbuatan dan tujuan serta target setan, apa
kelemahan dan apa senjata yang harus dipersiapkan dalam menghadapinya.
Harapannya dapat
mempertebal keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
menciptakan jin, bahkan yang menjaga orang-orang mukmin dari gangguan jin jahat
(setan). Dalam tulisan ini apabila ada istilah setan (syaitan) maka yang
dimaksud adalah jin kafir atau jahat. Pengertian Jin, Syaitan dan Iblis Alam
jin adalah alam yang berdiri sendiri, ia terpisah dan berbeda dengan alam
manusia namun keduanya hidup dalam dunia yang sama, kadang tinggal dalam rumah
yang dibangun atau di diami manusia. Keduanya pun mempunyai kesamaan yakni
berkewajiban untuk beribadah kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin dan
manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyat
51:56).
Menurut Ibnu
Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al-
Jann, mengatakan bahwa makhluk ini disebut dengan jin karena secara bahasa jin
artinya yang tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut jin, karena makhluk ini
terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata manusia. Oleh karena itu,
bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin (kata janin dan jin
memiliki kata dasar yang sama yakni jann) karena ia tidak dapat dilihat dengan
mata. Demikian juga orang gila dalam bahasa Arab disebut dengan majnun (dari
kata jann juga) karena akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang. Sedangkan
kata syaithan, dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yang berarti ba'uda
(jauh, yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran). Kemudian kata
syaithan ini digunakan untuk setiap mahluk berakal yang durhaka dan membangkang
(kullu 'aat wa mutamarrid).
Pada awalnya
istilah setan (syaitan) ini diberikan kepada salah satu golongan jin (Iblis)
yang beribadah kepada Allah dan tinggal bersama dengan malaikat di dalam surga.
Akan tetapi ketika mereka menolak untuk sujud kepada Adam karena membangkang
kepada perintah Allah, maka diusirnya dari surga dan sejak itu ia menjadi
makhluk yang terkutuk sampai hari kiamat kelak. Tidak semua jin adalah Setan (syaitan).
Karena, jin juga ada yang shaleh, ada yang mukmin. Jadi setan hanyalah
ditujukkan untuk jin yang membangkang (kafir, munafik, musyrik dst). Demikian
juga tidak semua setan adalah jin. Karena dalam surat an-Nas ditegaskan, bahwa
setan juga ada dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka
dan selalu menjauhkan manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka dinamakan
syaithan.
وَأَنَّا مِنَّا
الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَداً
Dan sesungguhnya
di antara kami ada orang-orang yang shaleh dan di antara kami ada (pula) yang
tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.(al-Jin
72:11)
Dilihat dari
struktur kalimat, atau dalam tinjauan kaidah sharfiyah, setan (syaitan)
merupakan bentuk kalimat isim ‘alam (nama sesuatu) dia adalah laqab (gelar)
yang diberikan Allah kepada setiap mahluk yang berakal (jin dan manusia) yang
membangkang terhadap perintah Allah. Oleh karenanya penyebutan syaitan (setan)
dapat dikenakan kepada jin dan manusia sebagaimana tersurat dalam ayat-ayat
diatas. Merujuk kepada kisah Adam dan Iblis dari ayat 12-20 surat al-‘Araf,
gelar setan diberikan Allah untuk pertama kalinya kepada Iblis tatkala dia
menyatakan alasan penolakan untuk sujud kepada Adam. Dan pada surat Thaha 20:117
, Allah memberi peringatan kepada Adam bahwa mahluk yang terkutuk itu akan
menjadi musuh Adam dan Istrinya. Dan pada surat Yasin 36:60 , Allah menegaskan
kembali gelar setan diberikan kepada musuh Adam tersebut dan dijadikan
peringatan bagi anak cucu Adam.
Berikut runtut
ayat-ayat dimaksud yang artinya;
1.
Allah berfirman:
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah
berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya
menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk
orang-orang yang hina". Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai
waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu
termasuk mereka yang diberi tangguh." Iblis menjawab: "Karena Engkau
telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi)
mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman:
"Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya
barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi
neraka Jahanam dengan kamu semuanya". (Dan Allah berfirman): "Hai
Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu
berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua
mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang
dzalim". Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan
syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini,
melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang
yang kekal (dalam surga)". (Al-‘Araf 7:12-20)
2.
Maka kami berkata:
"Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu,
maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang
menyebabkan kamu menjadi celaka.(Thaha 20:117)
3.
Bukankah Aku telah
memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan?
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Yasin 36:
60)
Adapun Iblis terambil dari kata
al-balas yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan sedikitpun (man la
khaira 'indah), atau terambil dari kata ablasa yang berarti putus asa dan
bingung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus asa) karena mereka merasa
putus asa dengan rahmat Allah, juga disebut iblis lantaran mereka tidak pernah
berbuat kebaikan sedikitpun. Menurut
satu riwayat, dahulunya iblis ini bernama Naail, akan tetapi sejak ia
membangkang dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia dirubah
nama menjadi syaithan. Keadaan dan Sifat-sifat Jin Nama dan Jenis Jin Ibnu
Abdil Bar sebagaimana dikutip oleh Imam asy-Syibli dalam bukunya, Akamul Marjan
fi Ahkamil Jan, menuturkan bahwa jin menurut ahli kalam dan bahasa Arab,
mempunyai beberapa tingkatan: Apabila dimaksudkan jin secara umum, namanya
jinny. Jin yang suka tinggal bersama manusia disebut dengan Aamir dan bentuk
jamak (pluralnya) adalah 'Ammar. Jin yang seringkali menampakkan wujudnya atau
mengganggu anak-anak kecil disebut dengan Arwah Jin yang selalu berbuat jahat
dan seringkali muncul menjelma dalam berbagai bentuknya adalah Syaithan.
Apabila jin tersebut disamping berbuat jahat, menjelma, juga berbuat hal lain
yang lebih berat dari itu, seperti membunuh dan lainnya disebut dengan Marid
Jin yang lebih jahat dari Marid dan memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih
dahsyat lagi disebut dengan Ifrit, bentul jamaknya (pluralnya) Afariit.
Sedangkan Iblis adalah nenek
moyangnya jin kafir (syaithan). Menurut Abul Mutsanna dan Ibnu Abbas, pada
awalnya, Iblis ini bernama Naail. Ketika mereka membangkang perintah Allah,
Allah kemudian melaknatnya, dan diganti nama dengan Syaithan. Iblis ini
mempunyai nama kunyah (samaran) Abu Kadus (Bapak Penimbun, maksudnya menimbun
manusia agar selalu dalam perbuatan dosa). Selain nama-nama di atas, nama-nama
syaithan (jin kafir) lainnya adalah Hubab, Syihab, Ajda' dan Asyhab, hal ini
sebagaimana dikatakan dalam hadits-hadits berikut ini, namun umumnya hadits-
haditsnya lemah (dhaif):
أن
رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لعبد الله بن أبي بن سلول وكان اسمه حباب فقال
أنت عبد الله فإن حبابا اسم شيطان
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul yang
namanya dahulu adalah Hubab: "Nama kamu sekarang adalah Abdullah karena
Hubab itu adalah nama setan" (HR. Ibn Sa'ad dan haditsnya Gharib).
عن مسروق قال : لقيت
عمر بن الخطاب فقال : ما اسمك ؟ فقلت : مسروق بن الأجدع فقال : سمعت رسول الله
يقول : « الأجدع شيطان »
Artinya: "Masruq pernah bertutur
bahwasannya ia pernah bertemu dengan Umar bin Khatab, lalu Umar bertanya:
"Siapa nama kamu?" saya menjawab: "Masruq bin al-Ajda'"
Umar lalu berkata kembali: "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Al-Ajda' itu adalah nama
setan" (HR. Ibn Abi Syaibah).
عن عائشة قالت : سمع
النبي صلى الله عليه و سلم رجلا يقال له شهاب قال : بل أنت هشام أن شهاب اسم شيطان
Artinya: "Dari Aisyah berkata:
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar seorang laki-laki yang
bernama Syihab. Rasulullah lalu berkata kepadanya: "Nama kamu sekarang
adalah Hisyam, karena Syihab itu adalah nama setan" (HR. Baihaqi).
عَن مُجَاهِدٍ ،
قَالَ : عَطَسَ رَجُلٌ عِنْدَ ابْنِ عُمَرَ فَقَالَ : أَشْهَبُ ، قَالَ ابْنُ
عُمَرَ : أَشْهَبُ اسْمُ شَيْطَانٍ ، وَضَعَهُ إبْلِيسُ بَيْنَ الْعَطْسَةِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ لِيُذْكَرَ
Artinya: "Suatu hari seorang
laki-laki bersin di samping Ibnu Umar, lalu ia berkata: "Asyhab".
Ibnu Umar kemudian berkata: "Asyhab adalah nama setan yang sengaja
ditempatkan oleh Iblis di antara bersin dan mengucapkan alhamdulillah, agar
namanya selalu diingat" (HR. Ibn Abi Syaibah).
Sedangkan menyangkut jenis dan
kelompok jin, Rasulullah pernah bersabda bahwa jin itu terbagi tiga golongan:
pertama, jin yang selalu beterbangan di udara, kedua, jin yang berwujud dalam
bentuk ular dan anjing, dan ketiga, jenis jin yang selalu berdiam diri (punya
rumah dan tempat) dan senang bepergian. Dalam sebuah hadits dikatakan:
عن أبي ثعلبة الخشني
رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * الجن ثلاثة أصناف صنف لهم
أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri
dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara,
kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin yang
mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki
dengan sanad yang shahih).
Wujud Jin Jin (setan) adalah makhluk
Allah yang berbeda alam dan unsur penciptaannya, sehingga jelas manusia tidak
akan mungkin dapat melihat dalam wujud aslinya.
Hal ini ditegaskan dalam surat
Al-‘Araf 7:27
إِنَّهُ يَرَاكُمْ
هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ
Artinya: "Sesungguhnya ia
(setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak
bisa melihat mereka" (QS. Al-Araf 7: 27).
Kecuali dalam kondisi tertentu yang
itu pun sangat jarang terjadi. Kondisi dimaksud misalnya ketika seseorang
meminum air sihir dari dukun, atau karena jin telah berubah wujud misalnya
menyerupai hewan. Tapi sekali lagi hal itu sangatlah jarang. Tidak dapat
dilihatnya jin dalam bentuk aslinya, tentu ini merupakan rahmat bagi manusia,
karena dengan demikian manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut
sedikitpun. Sedangkan keadaan wujud jin itu sendiri menurut beberapa ayat dan
hadits sebagai berikut;
1.
Sebagian hewan dapat
melihat wujud jin misalnya anjing dan keledai
عن أبي هريرة عن رسول
الله صلى الله عليه و سلم قال : إذا سمعتم صياح الديكة من الليل فإنها رأت ملكا
فسلوا الله من فضله وإذا سمعتم نهاق الحمير من الليل فإنها رأت شيطانا فتعوذوا
بالله من الشيطان
Artinya: "Abu Hurairah berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kalian
mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka mintalah karunia dari
Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian
mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari godaan dan tipu
daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari
Muslim).
Dalam hadits lain dikatakan:
عَنْ جَابِرٍ ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه
وسَلَّم يَقُولُ : إِذَا سَمِعْتُمْ نُبَاحَ الْكِلاَبِ ، أَوْ نُهَاقَ الْحَمِيرِ
مِنَ اللَّيْلِ فَتَعَوَّذُوا بِاللهِ فَإِنَّهُنَّ يَرَيْنَ مَالاَ تَرَوْنَ
Artinya: "Dari Jabir bin
Abdullah berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila kalian mendengar anjing menggonggong dan himar meringkik, maka
berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya mereka itu melihat sesuatu yang
kalian tidak dapat melihatnya" (HR. Abu Dawud dalam shahih sunannya).
2.
Jin memiliki wujud yang
sangat jelek Jin (setan), memiliki bentuk yang sangat jelek. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an ketika Allah menyamakan pohon Zaqum yang
tumbuh di dasar neraka, dengan kepala setan dalam hal sama-sama buruk bentuk
dan rupanya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah surat ash-Shafat
ayat: 64-65:
إِنَّهَا شَجَرَةٌ
تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُؤُوسُ الشَّيَاطِينِ
Artinya: "Sesungguhnya dia
(pohon Zaqum) adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala.
mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan" (QS. As-Shafat 37: 64-65).
3.
Jin mempunyai dua tanduk
dan sayap
عن ابن عمر : عن
النبي صلى الله عليه و سلم قال :
(لا
تحروا بصلاتكم طلوع الشمس ولا غروبها فإنها تطلع بقرني شيطان)
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian bermaksud untuk shalat pada
waktu matahari terbit juga pada waktu matahari terbenam, karena pada kedua
waktu itu saat dimana dua tanduk setan muncul" (HR. Muslim).
عن
أبي ثعلبة الخشني رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم * الجن ثلاثة
أصناف صنف لهم أجنحة يطيرون في الهواء وصنف حيات وكلاب وصنف يحلون ويظعنون
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri
dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara,
kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjing- anjing dan ketiga, jin yang
mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki
dengan sanad yang shahih).
Dalam riwayat lain dikatakan:
عبيد الله، قال: سُئل
الضحاك هل للشياطين أجنحة؟ فقال: كيف يطيرون إلى السماء إلا ولهم أجنحة
Artinya: "Ubaidullah berkata:
Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: "Apakah setan mempunyai sayap?" ia
menjawab: "Bagaimana mereka dapat terbang menuju langit kalau mereka tidak
memiliki sayap" (HR. Ibnu Jarir).
Tempat Tinggal Jin Berdasarkan
pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di antara tempat
tinggal jin itu adalah sebagai berikut:
1.
Di tempat-tempat kotor
seperti Toilet dan tempat sampah.
عَنْ زَيْدِ بْنِ
أَرْقَمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :
إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ
مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
Artinya: "Dari Zaid bin Arqam,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya
toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara
kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal
khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin
perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad).
Kata muhtadhirah dalam hadits di atas
maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal jinn). Hanya
saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC itu hanyalah jin kafir.
Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan wangi.Oleh karena
itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau WC untuk
berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal khubutsi
wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan
mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita ketika
mandi. Hal ini sebagaimana disabdakan
oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya:
عَنْ عَلِيِّ بْنِ
أَبِي طَالِبٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ
:
سَتْرُ مَا بَيْنَ
أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمُ الْخَلاءَ
أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ اللَّهِ
Artinya: "Dari Ali, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila seseorang masuk WC
kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim ", maka mata jin akan
tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi
dan Ibnu Majah).
2.
Di tempat-tempat kosong
seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir.
كُنَّا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى
الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ -
فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ
جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ - قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ
فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ.
فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ
الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ
نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ
اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ
بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
« فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ
».
Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra
berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari
di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya).
Kami lalu berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diculik
dan disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan.
Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari
arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, malam tadi kami betul-betul
kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak
menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan".
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Malam tadi
saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui
kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud kemudian berkata
kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas
tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makanan mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: "Makanan kalian itu
(wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya
yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta
semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu,
janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis
buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain
air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah
makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim).
3.
Di lobang-lobang.
عبد الله بن سرجس -
رضي الله عنه - : «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم- نهى أن يُبالَ في الجُحْرِ ،
قالوا لقتادة : ما يُكرهُ من البول في الجُحْرِ ؟ قال : كان يُقال : إنها
مَسَاكِنُ الجِنِّ»
Artinya: "Dari Abdullah bin
Sarjas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah
seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka bertanya kepada
Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?" Qatadah menjawab:
"Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan karena lobang itu
adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad).
4.
Di rumah-rumah Jin juga
tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang tingal di atas atap
rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah hadits berikut
ini:
ما من أهل بيت من
المسلمين إلا وفي سقف بيتهم من الجن من المسلمين إذا وضع غذائهم نزلوا فتغدوا معهم
وإذا وضعوا عشاءهم نزلوا فتعشوا معهم يدفع الله بهم عنهم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali
di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi,
mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore
dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim.
Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan
jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam
Fathul Bari).
5.
Di pasar-pasar (Mall)
Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar atau Mall. Hal ini
sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah
berwasiat kepada para sahabat yang lain:
عن سلمان قال قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم * لا تكن أول من يدخل السوق ولا آخر من يخرج منها
فإنها معركة أو قال مربض الشيطان وبها رايته
"Kalau bisa, janganlah kalian
menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling
akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para
syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim).
6.
Di kandang unta
لا تصلوا فى مبارك
الإبل فإنها من الشياطين وصلوا فى مرابض الغنم فإنها بركة
Artinya: "Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian shalat di kandang-kandang
unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia
itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Waktu berkeliarannya Jin Dalam sebuah hadits shahih
riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari
terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit.
Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba,
hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud
berbunyi:
إذا
كان جُنْحُ الليلِ أو أمسيتم فَكُفُّوا صبيانَكم فإنَّ الشياطينَ تنتشرُ حِينَئِذٍ
فإذا ذهبتْ ساعةٌ من الليلِ فَحُلُّوهُمْ وأغلقوا الأبوابَ واذكروا اسمَ اللهِ
فإنَّ الشيطانَ لا يفتحُ بابا مُغْلَقا وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ
وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ واذكروا اسمَ اللهِ ولو أن تَعْرُضُوا عليه شيئا
وأطفِئُوا مصابيحَكم
Artinya: "Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
"Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah)
anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila
permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah,
tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut
nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan
menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab
adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di
ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil
menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil
menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan
matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba. menyuruh masuk dan
diam anak-anak, menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan
mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang
sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, mengikat tempat air,
menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka
tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah
lampu apabila menjelang tidur. matikan lampu sebelum tidur karena dengan
demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan
setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan
jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api
bisa menjalar.
Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. Hal
ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
عن
بن عباس قال * جاءت فأرة فأخذت تجر الفتيلة فجاءت بها فألقتها بين يدي رسول الله
صلى الله عليه وسلم على الخمرة التي كان قاعدا عليها فأحرقت منها مثل موضع الدرهم
فقال إذا نمتم فأطفئوا سرجكم فإن الشيطان يدل مثل هذه على هذا فتحرقكم
Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang
menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain
dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur,
matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang
membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga
dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih).
Dalam hadits lain juga dikatakan:
عَنْ
جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ تُرْسِلُوا
فَوَاشِيَكُمْ وَصِبْيَانَكُمْ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى تَذْهَبَ فَحْمَةُ
الْعِشَاءِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يُبْعَثُ إِذَا غَابَتِ الشَّمْسُ حَتَّى
تَذْهَبَ فَحْمَةُ الْعِشَاءِ
Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: "Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak
kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari
(sunda=layung) betul- betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika
matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu
malam tiba)" (HR. Muslim).
Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn
al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat
dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebih
fresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam
adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw
mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan". (lihat juga dalam Fathul
Bari, VI/342).
Jin Dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits Bagian 1
Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi
on
January 28, 2015
Rating:
No comments:
Komentar