AYAT-AYAT Al-QUR’AN TENTANG ADAB GURU TERHADAP MURID DAN ADAB MURID TERHADAP GURU

Disusun untuk memenuhi tugas Tafsir Tarbawi 
Dosen Pengampu : As’adut Tabi’in, M.Pd.I 
Disusun Oleh : 1. Resti Octaviani 2. Safri Hanifah Muhammad 3. Sella Prasetiya ningsih  
Semester III Program Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Pendidikan Agama Islam 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MADINATUN NAJAH RENGAT 2020

A.    Latar belakang
Dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan murid adalah orang yang menuntut ilmu kepada guru, untuk mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari guru, dan murid haruslah mempunyai adab atau etika terhadap guru.
Menurut Syeikh Ahmad Nawawi, adab murid terhadap guru diantaranya adalah murid harus taat kepada guru, menghormati guru, mengucapkan salam, sopan terhadap guru, dan murid harus berprasangka baik terhadap guru. Namun selain murid, guru juga harus mempunyai adab atau etika yang baik karena ia merupakan teladan bagi muridnya. Beberapa adab guru terhadap muridnya antara lain seorang guru hendaknya ikhlas dalam mengajar, mencintai muridnya, memberikan kemudahan dalam menyampaikan materi, tidak boleh menonjolkan rasa pilih kasih dan lain-lain.
Pada zaman modern ini, etika para murid mengalami penurunan. Kita banyak melihat murid-murid yang berbicara kasar kepada gurunya, berbicara dengan seenaknya. Menganggap guru sebagai teman itu boleh-boleh saja, akan tetapi tetap harus mempunyai rasa hormat kepada guru. Tetapi saat ini, tidak hanya murid yang tidak sopan terhadap gurunya, namun ada juga guru yang bersikap kasar kepada muridnya. Banyak sekali kasus yang kita temui mengenai guru yang melakukan tindakan kepada murid-muridnya. Maka dari itu, dalam makalah ini akan sedikit dipaparkan mengenai adab guru terhadap muridnya, dan juga adab murid terhadap gurunya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah 
1. Apa pengertian Pendidikan? 
2. Apa pengertian Guru dan Murid? 
3. Bagaimana adab guru terhadap muridnya? 
4. Bagaimana adab murid terhadap gurunya? 
C. Tujuan penulisan 
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan. 
2. Untuk mengetahui pengertian guru dan murid. 
3. Untuk mengetahui adab guru terhadap muridnya. 
4. Untuk mengetahui adab murid terhadap gurunya.
 
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Disamping itu Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Sedangkan menurut J.J. Rousseau (2003: 69) menjelaskan bahawa “Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanakkanak, akan tetapi kita membutuhkanya pada masa dewasa”.
Dilain pihak Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Dalam Islam pendidikan tidak hanya dilaksanakan dalam batasan waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (long life education). Islam memotivasi pemeluknya untuk selalu meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan. Tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya mendapatkan porsi sama dalam pandangan Islam dalam kewajiban untuk menuntut ilmu (pendidikan).[1] Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ  
“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”.[2]
Islam juga menekankan akan pentingnya membaca, menelaah, meneliti segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini. Membaca, menelaah, meneliti hanya bisa dilakukan oleh manusia, karena hanya manusia makhluk yang memiliki akal dan hati. Selanjutnya dengan kelebihan akal dan hati, manusia mampu memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya, termasuk pengetahuan. Dan sebagai implikasinya kelestarian dan keseimbangan alam harus dijaga manusia sebagai khalifah fil ardh.
 
B. Pengertian Guru dan Murid
1. Guru
Dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru adalah poros utama pendidikan. Ia menjadi penentu kemajuan suatu negara di masa depan. Secara umum, tugas guru adalah mengajar siswa-siswi agar memilki pengetahuan dan keterampilan dalam masing-masing bidang pelajaran. Guru adalah orang yang mendidik, mengadakan pengajaran, memberi bimbingan, menambahkan pelatihan fisik atau non fisik, memberikan penilaian, dan melakukan evaluasi berkala berkaitan dengan satu ilmu atau lebih kepada seluruh peserta didik.
Selain itu, guru mempunyai beberapa definisi lain, baik itu menurut para ahli maupun perundang-undangan. Diantaranya adalah:
        Menurut Undang-undang No 14 Tahun 2005, Guru adalah  tenaga pendidik profesional di bidangnya yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, memberi arahan, memberi pelatihan, memberi penilaian, dan mengadakan evaluasi kepada peserta didik yang menempuh pendidikannya sejak usia dini melalui jalur formal pemerintahan berupa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah.
·         Menurut M Uzer Usman, Guru adalah seseorang yang memiliki kewenangan dan tugas dalam dunia pendidikan serta pengajaran pada lembaga pendidikan formal.
·         Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Guru adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar.
Terkait dengan tugas yang dimiliki seorang guru, ada peran guru yang tidak bisa digantikan oleh orang lain bahkan orangtua murid, diantaranya:
a. Sebagai seorang pengajar, dimana seseorang yang menjadi guru dianggap sanggup mengajarkan suatu ilmu pengetahuan di bidang tertentu kepada anak didiknya.
b. Sebagai seorang pendidik, dimana seorang guru sanggup mengarahkan dan memberikan teladan kepada anak didik agar sang anak mengikuti norma maupun aturan yang berlaku di masyarakat.
c. Sebagai seorang pembimbing, dimana seorang guru sanggup membimbing agar seluruh anak didik tetap berada di jalur yang tepat selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di jalur formal maupun non formal.[3]
 
2.      Murid
Murid adalah komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam pendidikan atau biasa dikenal disebut dengan peserta didik. Dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin menyelesaikan kurikulum dan dalam upaya mencapai tujuan atau cita-cita. Dalam Undang-undang Pendidikan, Murid merupakan bagian yang paling penting dari sistem pendidikan, sehingga indikator sukses atau tidaknya dunia pendidikan adalah keberhasilan atau kegagalan murid setelah menempuh proses pendidikan.
Menurut Undang-Undang Pendidikan No. 2 Tahun 1989, Mengacu dari beberapa istilah murid, murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf pendidikan yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik.[4]
 
C. Adab Guru terhadap Murid
Sejatinya, tugas guru adalah membangun peradaban suatu masyarakat dan bangsa. Hari ini, kita merasakan keprihatinan luar biasa atas maraknya perilaku menyimpang di kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan (bullying), contek massal, penggunaan narkoba, dan praktik seks bebas.
 
Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik).
Adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap. Ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan guru sebagai pengajar maupun pendidik.
Pertama, mengajar bukan karena tujuan ingin mendapatkan imbalan dan bukan pula karena mengharapkan ucapan terima kasih. Mengajar diniatkan sebagai salah satu cara untuk beribadah dengan mengharapkan ridha Allah SWT.
Kedua, mengingatkan murid akan akhlak yang buruk dengan ungkapan kasih sayang, tidak secara terang-terangan, dan dengan ungkapan yang lemah lembut bukan celaan.
Ketiga, dianjurkan saat memberikan pelajaran, guru memberikan penjelasan secara gamblang agar bisa dipahami oleh semua murid, bahkan oleh murid dengan kemampuan daya tangkap rendah sekali pun.
Keempat, guru menyayangi murid-muridnya seperti mereka menyayangi anak-anaknya sendiri.
Kelima, hendaknya guru berbuat sesuai dengan ilmunya, tidak mendustakan antara perkataan dan perbuatan. Allah SWT berfirman;
أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab. Maka tidaklah kamu berpikir?...”(QS. Al-Baqarah: 44).
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah:
 أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian”
Yakni menyuruh untuk beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, memenuhi perjanjian Allah, mengerjakan sholat, dan menunaikan zakat.
وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ
“Sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri”
Yakni membiarkan diri kalian tidak menjalankannya, padahal itu adalah hal yang sangat buruk.
 أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Maka tidaklah kamu berpikir?”
Yakni jika kalian bukanlah termasuk orang-orang yang berilmu, memiliki dalil-dalil, dan yang mempelajari kitab-kitab Allah maka sebenarnya cukuplah akal sebagai penghalang kalian melakukan apa yang kalian perbuat. Lalu mengapa kalian melakukan itu padahal kalian adalah orang yang berilmu.
 
D. Adab Murid terhadap Guru
Murid adalah orang yang menuntut ilmu kepada guru, untuk mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari guru, dan murid haruslah mempunyai adab atau etika yang baik. Pembahasan kali ini akan menguraikan penafsiran terhadap surah al-Kahfi [18]: 66-70 tentang adab seorang murid kepada gurunya dalam menuntut ilmu, sebagaimana yang pernah dipraktikkan oleh nabi Musa ketika berguru kepada Khidhir. Perhatikan ayat-ayat berikut:
قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68) قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69) قَالَ (فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70
Artinya: “Musa berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”
Allah Swt. menceritakan tentang perkataan Musa a.s. kepada lelaki yang alim itu (yakni Khidir) yang telah diberikan kekhususan oleh Allah dengan suatu ilmu yang tidak diketahui oleh Musa. Sebagaimana Allah telah memberi kepada Musa suatu ilmu yang tidak diberikan-Nya kepada Khidir.
Tafsir:
Pertanyaan Musa mengandung nada meminta dengan cara halus, bukan membebani atau memaksa. Memang harus demikianlah etika seorang murid kepada gurunya dalam berbicara.
{أَتَّبِعُكَ}
“Bolehkah aku mengikutimu?” (Al-Kahfi: 66)
Maksudnya, bolehkah aku menemanimu dan mendampingimu.
 
{عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا}
“Supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu.” (Al-Kahfi: 66)
Yakni suatu ilmu yang pernah diajarkan oleh Allah kepadamu, agar aku dapat menjadikannya sebagai pelitaku dalam mengerjakan urusanku, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh. Maka pada saat itu juga Khidir berkata kepada Musa:
{إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا}
“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.” (Al-Kahfi: 67)
Artinya; kamu tidak akan kuat menemaniku karena kamu akan melihat dariku berbagai macam perbuatan yang bertentangan dengan syariatmu. Sesungguhnya aku mempunyai suatu ilmu dari ilmu Allah yang tidak diajarkan-Nya kepadamu. Sedangkan kamu pun mempunyai suatu ilmu dari ilmu Allah yang tidak diajarkan-Nya kepadaku. Masing-masing dari kita mendapat tugas menangani perintah-perintah dari Allah secara tersendiri yang berbeda satu sama lainnya. Dan kamu tidak akan kuat mengikutiku.
{وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا}
“Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (Al-Kahfi: 68)
Aku mengetahui bahwa kamu akan mengingkari hal-hal yang kamu dimaafkan tidak mengikutinya, tetapi aku tidak akan menceritakan hikmah dan maslahat hakiki yang telah diperlihatkan kepadaku mengenainya, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
{سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا}
Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar.” (Al-Kahfi: 69)
Terhadap apa yang aku lihat dari urusan-urusanmu itu.
{وَلا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا}
“Dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” (Al-Kahfi: 69)
Maksudnya, aku tidak akan memprotesmu dalam sesuatu urusan pun, dan pada saat itu Khidir memberikan syarat kepada Musa, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
{قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ}
Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun." (Al-Kahfi: 70)
Yakni memulai menanyakannya.
{حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا}
“Sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Al-Kahfi: 70)
Yaitu aku sendirilah yang akan menjelaskannya kepadamu, sebelum itu kamu tidak boleh mengajukan suatu pertanyaan pun kepadaku.[5]
Al-Qurtubi menjelaskan bahwa, ayat di atas menekankan dua urgensi, Pertama, pentingnya adab yang baik. Kedua, menjadi dalil bahwa seorang penuntut ilmu hendaklah mengikuti atau mempunyai guru (Tafsir al-Qurthubi, 1964: 11/ 17). Sementara itu, menurut Syekh al-Sya’rawi, ayat ini menunjukkan kepada kita tentang adab nabi Musa ketika ber-talaqqi, antara murid kepada guru. Padahal Allah yang memerintahkannya untuk mengikuti Hidhir, tetapi Musa tidak langsung mengatakan “sesungguhnya aku diperintah Allah untuk mengikutimu”, tetapi Musa mengatakannya dengan lembut “bolehkah aku mengikutimu..”. (Tafsir al-Sya’rawi, 1997: 14/ 8955). Adab Musa tergambar jelas pada surah al-Kahfi [18]: 66, bahwa ia meminta untuk mengiringi atau menjadi khadim Khidir, bukan langsung meminta agar Khidhir mengajarnya.[6]
Menurut Syeikh Ahmad Nawawi, adab murid terhadap guru antara lain :
a. Murid harus taat kepada guru terhadap apa yang diperintahkan didalam perkara yang halal.
b. Murid harus menghormati guru.
c. Mengucapkan salam ketika bertemu dengan guru.
d. Ketika murid bertemu guru di tepi jalan, hendaklah murid menghormati guru dengan berdiri dan berhenti.
e. Murid hendaknya menyiapkan tempat duduk guru sebelum guru datang.
f. Ketika duduk di hadapan guru harus sopan seperti ketika sedang sholat yaitu dengan menundukkan kepala.
g. Murid harus memperhatikan penjelasan guru.
h. Murid jangan bertanya ketika guru sedang lelah.
i. Ketika duduk dalam suatu majelis pelajaran, murid hendaklah tidak menolah-noleh ke belakang.
j. Murid jangan bertanya kepada guru tentang ilmu yang bukan di bidangnya atau bukan ahlinya.
k. Murid harus memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya untuk mengikat ilmu agar tidak mudah hilang.
l. Murid harus berprasangka baik terhadap guru.

PENUTUP
A. Kesimpulan
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
            Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan, Murid diartikan sebagai orang yang berada dalam taraf pendidikan yang dalam berbagai literatur murid juga disebut sebagai anak didik.
            Adapun adab guru terhadap murid, yaitu: mengajar dengan ikhlas, mengingatkan murid dengan kasih sayang, menjelaskan dengan cara yang mudah dimengerti, menyayangi murid-muridnya dan berbuat sesuai dengan ilmunya. Sedangkan, adab murid terhadap gurunya, yaitu:
B. Saran
          Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dari penulisan maupun materi. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, agar kami bisa memperbaiki pada pembuatan makalah berikutnya. Atas kritik dan sarannya, kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan untuk kita semua.
 
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/www.silabus.web.id/pengertian-pendidikan-dan-makna-pendidikan/amp/.
https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html.
Heri, Pengertian Guru, Definisi, Tugas dan Peran Guru dalam Pendidikan, https://salamadian.com/pengertian-guru/.
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-siswa-menurut-para-ahli/.
Endih Herawandih, Tafsir Ibnu Kasir, http://belajartafsiralquran.blogspot.com/2016/06/1802-surah-al-kahfi-ayat-66-110.html.
Arivaie Rahman, Tafsir tarbawi: Adab Murid kepada Guru dalam Al-Qur’an, https://kumparan.com/arivairahman/tafsir-tarbawi-adab-murid-kepada-guru-dalam-al-quran-1uMABVQPbxG/full.

[1] https://www.google.com/amp/s/www.silabus.web.id/pengertian-pendidikan-dan-makna-pendidikan/amp/, diakses 26 Oktober 2020, pukul 21.14
[2] https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html, diakses 26 oktober 2020, pukul 21.19
[3] Heri, Pengertian Guru, Definisi, Tugas dan Peran Guru dalam Pendidikan, https://salamadian.com/pengertian-guru/, diakses 27 Oktober 2020, pukul 10.54
[4] https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-siswa-menurut-para-ahli/, diakses 27 Oktober 2020, pukul 11.09
[5] Endih Herawandih, Tafsir Ibnu Kasir, http://belajartafsiralquran.blogspot.com/2016/06/1802-surah-al-kahfi-ayat-66-110.html, diakses 27 Oktober 2020, pukul 11.47
[6] Arivaie Rahman, Tafsir tarbawi: Adab Murid kepada Guru dalam Al-Qur’an, https://kumparan.com/arivairahman/tafsir-tarbawi-adab-murid-kepada-guru-dalam-al-quran-1uMABVQPbxG/full, diakses 27 Oktober 2020, pukul 18.50
AYAT-AYAT Al-QUR’AN TENTANG ADAB GURU TERHADAP MURID DAN ADAB MURID TERHADAP GURU AYAT-AYAT Al-QUR’AN TENTANG ADAB GURU TERHADAP MURID DAN ADAB MURID TERHADAP GURU Reviewed by As'ad on November 02, 2020 Rating: 5

25 comments:

  1. Assalamualaikum wr.wb.
    Saya Bayu

    ReplyDelete
  2. Assalamu'alaikum, saya Putri Oktariani ingin bertanya kepada pemakalah.
    "Bagaiamana menurut pemakalah jika di sekolah, kita menemukan seorang guru yang pilih kasih kepada siswa? Guru tersebut cenderung lebih peduli kepada siswa yang berprestasi."

    ReplyDelete
    Replies
    1. waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh ,saya yang mempunyai pengalaman mengajar , setiap kepala sekolah dimonitori oleh pengawas , dan setiap guru dimonitori oleh kepala sekolah. pada agenda guru pasti ada yang namannya rapat salahsatunnya evaluasi , menurut pendapat saya kepala sekolah harus menindak tegas para guru guru yang bertindak tidak adil kepada peserta didiknya dikarenakan mereka akan merasa minder, kurang perhatian dan mungkin bisa bisa anak itu malas sekolah karena faktor tersebut

      Delete
  3. Wa Alaikum salam wr.wb. silakan bayu..

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum wr.wb.
    Saya Bayu Agustian ingin bertanya.
    Bagian menurut pemakalah cara mengatasi seorang murid tidak patuh terhadap perintah guru. Padahal guru tersebut menyampaikan hal yang baik.hal seperti ini sudah banyak terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Banyak murid yang tidak patuh dengan guru Jelaskan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baikah saya akan menjawab pertanyaan dari bayu..menurut saya berikan perhatian lebih kepada murid tersebut.misalnya diluar jam pelajaran temui murid tersebut dan ajaklah bercerita mengapa ia bisa bersikap seperti itu dan sebagainy..nanti lama kelamaan siswa tersebut akan merasa dekat denga kita dan siswa tersebut akan lebih segan,menghorati,dan patuh untuk kedepannya

      Delete
    2. Baikah saya akan menjawab pertanyaan dari bayu..menurut saya berikan perhatian lebih kepada murid tersebut.misalnya diluar jam pelajaran temui murid tersebut dan ajaklah bercerita mengapa ia bisa bersikap seperti itu dan sebagainy..nanti lama kelamaan siswa tersebut akan merasa dekat denga kita dan siswa tersebut akan lebih segan,menghorati,dan patuh untuk kedepannya

      Delete
    3. Baiklah, saya akan menjawab pertanyaan dari bayu.
      Memang saat ini banyak hal yg terjadi dalam pendidikan, contohnya seperti yg d tanyakan, banyak anak murid yg tidak patuh, tidak sopan dan lain2.
      Menurut saya, langkah awal yg harus d lakukan menghadapi anak sperti ini adalah mencari faktor penyebab knapa anak tsb begitu, bisa jadi org tuanya kurang tegas d rumah, sehingga dia telah terbiasanya jika d perintah tidak patuh. Nah, jika memang dari org tuanya, berusahalah berkonsultasi dg org tuanya,atau bisa saja ia jengkel dg sesuatu, ntah dg gurunya, atau apa. Jika penyebabnya setidaknya kita bisa beri pengertian pada anak tersebut dg bahasa yg sederhana, yg tidak dg kekerasan.

      Delete
    4. Terima kasih atas jawabannya resti

      Delete
    5. Baik lh saya iryan widiati akan menambahkan jwaban dari resti dan sella terhadap pertanyaan bayu.
      Menurut saya cara mengatasi murid yang tidak patuh kepada gurunya bisa dengan memberikan nasehat kepada murid tersebut, memberikan pengertian dengan bahasa yg sederhana bahwa sikap nya itu salah, bersikap tegas, dan coba guru itu mendengarkan keluhannya mngkin saja ia seperti itu karna ada masalah.

      Delete
  5. Baiklah, saya akan menjawab pertanyaan dari putri,
    Inilah gunanya kita sebagai seorang peserta didik ataupun pendidik mempelajari bagaimana adab guru dan adab murid, agar kita semua tidak salah langkah dalam bertindak,
    Menurut saya, untuk guru yg sperti itu sebaiknya d berikan nasehat, ntah lewat teman guru tersebut, atau dari org yg lebih tua dari guru itu,
    Atau bisa juga mengajak guru tersebut berbicara/ngobrol dg sopan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya setuju dengan jawaban resti. Tapi setau saya, selam saya sekolah belum ada guru yang pilih kasih saat belajar. Semua guru menyamaratakan muridnya saat belajar

      Delete
    2. Saya setuju dengan resti..mungkin guru yang terlihat pilih kasih sebenarnya tidak pilih kasih misalnya..seorang guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa yang menjawab hanya siswa itu itu saja..tentunya guru tersebut akan memuji siswa itu itu juga

      Delete
  6. Assalamualaikum wr.wb.. Saya anti novianti, ingin bertanya kepada pemakalah disana disebutkan "Sejatinya, tugas guru adalah membangun peradaban suatu masyarakat dan bangsa".tidak semua guru memiliki idealis dalam membangun peradaban bangsa,ada juga guru tidak memiliki jiwa mendidik. Profesi guru bukan panggilan jiwanya sehingga menjadi guru hanyalah “profesi sampingan”, bukan pilihan utamanya, membuat ia mengajar hanya apa yang diinginkan ia saja, misalnya : menyuruh anak murid nya mencatat dan disuruh baca dirumah. Itu banyak terjadi.. Bagaimana menurut pemakalah dengan hal tersebut?

    ReplyDelete
    Replies
    1. waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru "ki hajar dewantara" . dapat diartikan diri kita ini adalah guru untuk pribadi kita , kita bisa berkaca apakah kita layak sebagai guru memberikan tauladan jika masih belum layak untuk memberikan apa yang kita punya menumbuhkan jiwa keikhlasan , ketulusan dalam memberikan ilmu itu penting , sesungguhnya amanat itu akan ditanyai dan dimintai pertangung jawaban

      Delete
    2. Menurut saya, guru yg sperti ini mungkin ia kurang mampu berkomunikasi dg baik, krn memang kmampuan guru itu tidak semuanya sempurna dan pasti berbeda.
      Menurut saya, ini tidak masalah, asalkan guru tersebut masih mengikuti protokol pendidikan dan bisa membuat siswanya paham, misalnya memberikan catatan yg mudah d mengerti,
      Dan biasanya walaupun guru tsb sering memberi catatan, ia juga ad menjelaskan walaupun sekali2, menurut saya tidak apa2

      Delete
    3. Menurut saya, guru yg sperti ini mungkin ia kurang mampu berkomunikasi dg baik, krn memang kmampuan guru itu tidak semuanya sempurna dan pasti berbeda.
      Menurut saya, ini tidak masalah, asalkan guru tersebut masih mengikuti protokol pendidikan dan bisa membuat siswanya paham, misalnya memberikan catatan yg mudah d mengerti,
      Dan biasanya walaupun guru tsb sering memberi catatan, ia juga ad menjelaskan walaupun sekali2, menurut saya tidak apa2

      Delete
    4. Ya saya setuju..Karana setiap guru pasti berbeda 2 dalam mengajar..karena sering memberi tugas dari pada menjelaskannya dan menjelaskan kpda murid hanya sekali atau lebih dan kita tidak memahaminya. Menurut saya kan kita selaku murid bisa bertanya kepada teman yg paham akan pelajaran tsb atau bertanya kepada orang yang pandai..

      Delete
  7. Walaikumsalam..saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari anti kita dapat merasakan keprihatinan luar biasa atas maraknya perilaku menyimpang di kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan (bullying), contek massal, penggunaan narkoba, dan praktik seks bebas.

    Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik).
    Adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap.

    ReplyDelete
  8. Walaikumsalam..saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari anti kita dapat merasakan keprihatinan luar biasa atas maraknya perilaku menyimpang di kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan (bullying), contek massal, penggunaan narkoba, dan praktik seks bebas.

    Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik).
    Adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap.

    ReplyDelete
  9. Saya ingin bertanya kepada pemakalah, dari yang saya lihat atau yang saya alami sendiri, guru memang lebih banyak perhatian,atau pilih kasih kepada yang lebih pintar,lebih aktif, terjadilah kecemburuan antar siswa, bagaimana cara menyikapinya? Dan bagaimana cara guru memberikan pengertian kepada siswanya jika guru trs menganggap bahwa ia tidak pilih kasih?

    ReplyDelete
  10. Saya ingin bertanya kepada pemakalah, dari yang saya lihat atau yang saya alami sendiri, guru memang lebih banyak perhatian,atau pilih kasih kepada yang lebih pintar,lebih aktif, terjadilah kecemburuan antar siswa, bagaimana cara menyikapinya? Dan bagaimana cara guru memberikan pengertian kepada siswanya jika guru trs menganggap bahwa ia tidak pilih kasih?

    ReplyDelete
  11. Assalamualaikum wr. Wb. .
    Saya NurHikmah, saya ingin bertanya kepada pemakalah. Menurut pemakalah, jika ada peserta didik yang kesulitan dalam belajar, sikap seperti apa yang harus dilakukan oleh seorang pendidik??

    ReplyDelete
  12. diskusi masih banyak mengarah pada penghakiman terhadap kesalahan guru sebagai tenaga pendidik.

    ReplyDelete

Komentar