MITOS DAN DEMITOLOGISASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MADINATUN NAJAH RENGAT
2020

Dosen Pengampu : As’adut Tabi’in, M.Pd.I.
Disusun Oleh: 1. Nurhayati 2. Rosmanidar 3. Delvita 4. Eva Yuniarti Ningsih
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunan.Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal perbuatan kita.Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya.Sebaliknya, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.

Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang saya tulis disini bermanfaat bagi kita semua. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.Kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan. Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini.Dan hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud  dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya.

Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan￾patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur.

Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung daya positif.

B. Rumusan Masalah

Logika adalah salah salah satu cabang filsafat yang mampu membantu manusia dalam memecahkan masalahnya. Pembahasan filsafat amat luas dan kompleks sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Masa Pemikiran Filsafat Pra Yunani Kuno

2. Mitos dan Demitologisasi 

3. Penemuan “ARKHE”

4. Asal muasal Alam

BAB II

PEMBAHASAN

 A. Masa Pemikiran Filsafat Pra Yunani Kuno

Pada masa ini, manusia masih menggunakan batu sebagai alat bantu. Karenanya zaman ini juga dikenal dengan zaman batu. Hal ini dikuatkan oleh penemuan￾penemuan yang diperkirakan sebagai peninggalan zaman Sebelum Masehi, antara lain adalah:

a) Alat-alat dari batu

b) Tulang belulang hewan

c) Sisa beberapa tanaman

d) Tempat penguburan

e) Tulang belulang manusia purba

Pada abad 16 hingga 5 SM manusia telah menemukan alat-alat yang terbuat dari besi, tembaga dan perak yang digunakan sebagai berbagai macam peralatan.[1] Zaman ini disebut-sebut sebagai masa persiapan lahirnya filsafat (abad 6 SM). Disebutkan oleh K.Bartens, setidaknya ada tiga faktor yang mendahului lahirnya filsafat:

1. Berkembangnya mite-mite atau mitologi yang cukup luas di kalangan bangsa Yunani. Mitologi-mitologi ini dianggap salah satu sebab yang membidani lahirnya filsafat karena mitologi merupakan percobaan untuk memahami. Mite-mite telah memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bergejolak dalam hati manusia, darimana dunia kita? Darimana kejadian alam? Mite yang mencari keterangan tentang asal-usul dalam semesta disebut mite kosmogonis, sedangkan mite yang menerangkan tentang asal-usul dan sifat kejadian disebut dengan mite kosmologis.

2. Kesusasteraan Yunani, seperti karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan yang istimewa dalam karya sastra Yunani. Bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama, karya tersebut dijadikan sebagai semacam buku pedoman bagi bangsa Yunani.

3. Pengaruh Timur Kuno seperti Mesir dan Babylonia yang sudah mengenal ilmu hitung dan ilmu ukur. Tentu saja, hal ini berdampak positif bagi bangsa Yunani, terutama perannya mendukung perkembangan astronomi Yunani. Di sinilah letak kecerdasan bangsa Yunani, yang mampu mengolah kembali ilmu pengetahuan dari timur dengan begitu ilmiah.

Filsafat Pra Yunani Kuno adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut.

Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama.

Pemikiran filosof inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.

Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surga, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). Pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama berasal dari Dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman.

Dapat dikatakan bahwa mereka adalah filosof alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat tersebut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam semesta, dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak, orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

B. Pemikiran Filsafat Zaman Yunani Kuno

a) Filsafat Pra Socrates

Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk berpendapat atau mengungkapkan ide￾idenya. Pada masa itu, Yunani dipandang sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani sudah tidak lagi mempercayai mitos-mitos. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja) melainkan menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki atau kritis. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani berada pada barisan terdepan dalam ilmu pengetahuan.

Filsafat zaman Yunani kuno mencakup zaman Pra Socrates dan zaman keemasan filsafat. Tokoh-tokoh filosof pada masa itu adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, dan Heraklitos. Mereka dikenal dengan filosof alam. Sedangkan masa keemasan filsafat dimeriahkan oleh tokoh-tokoh seperti, Socrates, Plato dan Aristoteles. Pada masa inilah filsafat Yunani menikmati masa keemasannya.

Filsafat pra-socrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu ("arche"). Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? 

Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, 

Empedokles: api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir ("panta rei" = selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM) berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar.

Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya. Mereka mampu melebur nilai-nilai agama dan moral tradisional tanpa menggantikannya dengan sesuatu yang substansial.

1. Aliran Miletos/Madzhab Milesian

Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos, di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian:

1) Thales

Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini adalah air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya. Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah satu. Bagi Thales, air adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi akhir dari segala-galanya.

Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya masing-masing. Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup tetapi meliputi benda-benda mati pula.

2) Anaximander

Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segalagalanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.

3) Anaximenes

Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar.

2. Aliran Pythagoras

Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segalagalanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas dan tak terbatas.

1) Xenophanes

Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. KeEsaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat universal.

2) Heraklitus (Herakleitos)

Heraklitus hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.

3. Aliran Elea

1) Parmenides

Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahas tentang yang ada.

2) Zeno

Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.

3) Melissos

Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, menurut waktu maupun ruang.

4. Aliran Pluralis

1) Empedokles

Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.

2) Anaxagoras

Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih).

5. Aliran Atomis

Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos = terbagi).

6. Aliran Sofis

Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai. Tokoh-tokoh kaum sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan Kritias.

Kesimpulannya, filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu.

b) Zaman Keemasan Filsafat: Socrates, Plato, Aristoteles

Puncak filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yg "membumi" dibandingkan ajaranajaran filosof sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero (sastrawan Roma) bahwa Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya, filosof pra-Socrates mengkonsentrasikan diri pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates mengarahkan obyek penelitiannya pada manusia diatas bumi. Hal ini juga diikuti oleh para sofis. Seperti telah disebutkan didepan, sofis (sophistes) mengalami kemerosotan makna. Shopistes digunakan untuk menyebut guru-guru yg berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peran penting dalam masyarakat. Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para sofis merupakan pemilik warung yg menjual barang ruhani.

c) Tokoh-tokoh Zaman Keemasan Filsafat

1. Socrates (470-400 S.M)

Socrates guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir Yunani lain, terutama melalui karya plato. Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yg berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia) yg pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yg baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yg sama bagi semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yg terkenal adalah pandangannya yg menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yg berlaku bagi semua manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum. Akibat pandangannya ini Socrates dihukum mati.

2. Plato (428-348 S.M)

Hampir semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog dan Socrates diberi peran yg dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa Plato memilih yg begitu. Pertama, sifat karyanya Socratic (Socrates berperan sentral) dan diketahui bahwa Socrates tidak mengajar tetapi mengadakan tanya jawab dg teman-temannya di Athena. Dengan demikian, karya Plato dapat dipandang sebagai monumen bagi sang guru yg dikaguminya. Kedua, berkaitan dengan anggapan Plato mengenai filsafat. Menurutnya, filsafat pada intinya tidak lain daripada dialog dan filsafat seolah-olah drama hidup yg tidak pernah selesai tetapi harus dimulai kembali. Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg selalu berubah dan dunia ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yg obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Ide hadir didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua pengenalan. pertama pengenalan tentangide; inilah pengenalan yg sebenarnya. Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang bendabenda disebut doxa (pendapat) dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dg panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratic yaitu pandangan panta rhei-nya

Herakleitos dan pandangan yg ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia ide tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jiwa itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan ide. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dg badan, jiwa sudah mengalami praeksistensi dimana ia memandang ide-ide. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap ide-ide yg telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagad raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasa terbesarnya adalah usahanya membuka sekolah yg bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi nama"Akademia"yg paling didedikasikan kepada pahlawan yg bernama

Akademos. Mata pelajaran yg paling diperhatikan adalah ilmu pasti. Menurut cerita tradisi, di pintu masuk akademia terdapat tulisan:"yg belum mempelajari matematika janganlah masuk disini".

3. Aristoteles ((384-322 S.M)

Ia adalah Pendidik Iskandar Agung yg juga adalah murid Plato. tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato. Ide-ide menurut Aristoteles tidak terletak dalam suatu "surga" diatas dunia ini, melainkan di dalam benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi ("hyle") dan bentuk ("morfe"). Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato.

Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk-bentuk "bertindak" di dalam materi. Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Teori ini dikenal dengan sebutan Hylemorfisme. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pokok-pokok pikirannya antara lain bahwa ia berpendapat seseorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Spektrum pengetahuan yg diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali seluas lapangan pengetahuan itu sendiri. Menurutnya pengetahuan manusia dapat disistematiskan sebagai berikut;

Pengetahuan

-----------------------------------------------------------------

Teoritis, Praktis, Produktif,

-----------------------------------------------------------------

Teologi/metafisik, Matematika, Fisika, Etika, Politik, Seni

------------------------------------------------------------------

Ilmu Hitung, Ilmu ukur, Retorika

Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis.


Tidak dapat dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam sejarah intelektual manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan bahwa sejak Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan deduksi, induksi mengandalkan panca indera yang "lemah", sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah Syllogismos (silogisme). 
B. Mitos dan Demitologisasi Mitologi Yunani 
a. Mitos atau mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah masa lalu (masa lampau), yang mengandung penafsiran tentang alam semesta serta keberadaan makhluk di dalamnya, dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional (cerita kuno).[2] Pada umumnya, mitos menceritakan kejadian alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para mahkluk supranatural, dan sebagainya. Mitos bisa muncul dari catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan.Mitos memberikan jawaban atas “keheranan”, “ketakjuban” hati manusia terhadap semesta yang melingkupi, yang berarti mitos memberikan semacam “jaminan” bagi kehidupan manusia Yunani kala itu: “Bahwa kehidupan itu ada maknanya, ada logikanya ada penyelesaiannya. Mitologi dapat juga memiliki arti rangkaian cerita yang berisi dongeng para dewa-dewi yang dihubungkan dengan peristiwa alam dan dipercayai secara turun-temurun, Secara garis besar ada 2 jenis mitos yaitu, 
1). mitos kosmogonis yaitu memberi keterangan tentang asal usul alam semesta itu sendiri. 
2). Mitos kosmologis yaitu memberi keterangan tentang asal usul serta sifat-sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta. Mitologi Yunani berpengaruh dalam mendorong kelahiran filsafat karena menimbulkan ketidakpuasan dan berbagai pertanyaan dalam pikiran. Mitologi juga ikut mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia sampai sekarang. 
b. Filsafat lahir dari mitos, tetapi mitos begitu saja bukanlah filsafat. 
Demitologisasi adalah jalan yang mengarah dari mitos menuju ilmu, melalui sastra dan filsafat. Dalam pengertian modern, mitos adalah keyakinan yang keliru. Keluar dari mitos, yaitu mempertanyakan keyakinan-keyakinan kita yang tak tertanyakan dengan harapan mengubahnya menjadi ungkapan kebenaran yang lebih andal. Pola “mitos, sastra, filsafat, ilmu” diakui sebagai paparan perkembangan cara pikir manusia pada skala makrokosmik (budaya manusia), tetapi berjalan juga pada skala mikrokosmik (individu manusia). 
Cara umum terpenting pemaparan tahap-tahap perkembangan individu adalah mengacu pada “lahir, muda, dewasa, dan tua”. Perkembangan dari lahir sampai muda bertepatan dengan pembangkitan benak bawah sadar (unconscious) anak-anak, perkembangan dari muda sampai dewasa pun memerlukan penajaman kesadaran (consciousness) secara bertahap, sampai timbul kesadaran khas akan diri sendiri. Orang yang sadar diri (self conscious) yang perkembangannya tidak terselangi akhirnya masuk ke suatu tahap baru yang bisa kita sebut super sadar (super consciuos). Setiap tahap ini bisa juga berkolerasi dengan daya benak insani tertentu. Imajinasi merupakan daya yang mengatur tahun-tahun pertama kehidupan kita, laksana mitos yang mengatur pemikiran orang-orang yang hidup di budaya primitif. Perbedaan fantasi dan realitas tidak berbeda dalam benak anak-anak sejati. Pada remaja, daya ini diambil alih oleh gelora jiwa (passion), dengan berubahnya raga pada masa pubertas, benak pun mengubah cara mengadaptasi alam. 
Para filsuf biasanya dikenal bukan karena gelora jiwa mereka, ini karena daya yang cocok dengan budi-budi dewasa adalah pemahaman. Bila berkembang sepenuhnya, menjadi daya penimbangan. Tugas para ilmuwan adalah melampaui sudut pandang mereka sendiri dengan tujuan menimbang-nimbang bagaimana alam pada kenyataanya. Mitos menggunakan imajinasi untuk mengungkap keyakinan. Sastra memakai gelora jiwa untuk mengungkap keindahan. Filsafat memanfaatkan pemahaman untuk mengungkap kebenaran, sedangkan ilmu menerapkan penimbangan untuk mengungkap pengetahuan. Penerapan logika secara tepat diperlukan supaya demitologisasi berlangsung. Kata “logika” berasal dari kata Yunani logos, yang bermakna “kata” yang meliputi kata yang terucap (pidato), kata yang tertulis (buku), dan kata yang terpikir (akal). Kata logos kadang-kadang juga dipakai untuk menunjuk sesuatu yang bisa disebut makna yang tersembunyi di dalam mitos. Para filsuf berupaya memahami logos dengan cara sedemikian rupa untuk memisahkan kebenaran dari khayalan. 
Ilmuwan melalaikan logos sepenuhnya dalam penelusuran fakta-fakta konkret yang bisa dikelola. Pelalaian ini merupakan sumber masalah kenirmaknawian atau keterasingan modern. Proses pergeseran dari pengalaman logos yang mendalam ke suatu keadaan yang melupakan kehadirannya merupakan proses demitologisasi. Pelalaian logos merupakan malapetaka bagi umat manusia. Namun dalam pengertian lain, pelalaian merupakan syarat perlu supaya timbul pengetahuan. Sains mensyaratkan bahwa kita melupakan logos yang tersembunyi karena pengetahuan faktual hanya mengakui hal-hal yang terungkap secara terbuka. Para pelaku demitologisasi yang paling awal di Yunani Kuno ialah para filsuf yang hidup pada jangka waktu antara Thales dan Aristoteles. Para filsuf itu diacu sebagai filsuf-filsuf “prasokrates”, salah satu kepedulian utama filsuf “prasokrates” adalah memerikan hakikat “realitas puncak”. Ada empat filsuf yang istimewa, masing-masing berkenaan dengan salah satuu dari empat “anasir” tradisional (sesuatu yang menyerupainya) karena betul-betul merupakan realitas puncak. Thales berpendapat bahwa segala sesuatu pada akhirnya bisa direduksikan ke air. Anaximenes (kira-kira 585- 528 SM) membantah dengan mengklaim bahwa anasir yang paling dasar itu sebenarnya udara. Heraklitus (karyanya muncul kira-kira 500-480 SM), yang memiliki gagasan menarik mengenai logika lawanan, menyarankan agar api merupakan anasir yang paling tepat untuk memaparkan kompleks bangunan metafisis dasar. Demokritus (kirakira 460- 371 SM) membela kondisi “atomisme” terawal, yang memandang anasir dasar sebagai “yang ada” (being) atau “apa itu” (what is) saja atau disebut bumi. Anaximender (kira-kira 610-546 SM) berpendapat bahwa di antara empat anasir tersebut tidak ada yang bias diakui dengan tepat sebagai unsur dasar, karena 4 anasir itu saling berlawanan. Empedokles (kira-kira 495-435 SM) yang mengakui keempat anasir tersebut sebagai realitas-realitas dasar, yang menjelaskan keseimbangannya karena dianut bersama-sama dengan daya yang berlawanan antar “cinta” (philia) dan “cekcok” (neikos). 
C. Penemuan “ARKHE”
Filsafat Arche Istilah "arche ()" adalah kata Yunani kuno yang berarti awal, asal, penyebab pertama, tempat pertama atau kekuatan, kedaulatan, kekuasaan, perintah dan sebagainya. Itu adalah tema penting bagi para filsuf Yunani kuno apa arche itu. Filsuf pertama di dunia biasanya dianggap Thales of Miletus. Karena dia tidak meninggalkan tulisan, kita tidak dapat mengetahui rincian teorinya, tetapi menurut laporan orang-orang sezamannya dia pastilah filsuf yang mencoba menjelaskan secara rasional air adalah arche dari kosmos. Dengan demikian filsafat dimulai sebagai filosofi awal. 
1. Thales (640 – 550 SM) 
Sesungguhnya waktu hidup Thales tidaklah diketahui, kita hanya mengetahuinya dari banyak pengulasnya. Ia awalnya merupakan seorang insinyur yang melayani keluarga raja Miletos, dan juga aktif dalam perniagaan di sana. Pada usia paruh baya, ia berkelana ke Mesir dengan niat untuk berdagang, akan tetapi ia malah mempelajari astronomi, dan geometri di sana, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti menjadi pedagang, dan mengabdikan hidupnya untuk filsafat, dan matematika. Ia merupakan pendiri Mazhab Milesian. Banyak kisah yang dituturkan oleh Aristoteles terkait kelihaian bisnis sebelum ia memutuskan menjadi filsuf. Contohnya, monopolinya pada kilang minyak zaitun, dan kemampuannya merekayasa aliran Sungai Halys dengan membangun tanggul. Ia juga dikenal sebagai seorang yang mampu menghitung jarak kapal yang berlayar ke laut. Ia menjadi terkenal setelah mampu memprediksikan gerhana matahari pada tahun 585 SM. Bagi Thales, yang menjadi arkhe (prinsip vital yang dapat menjelaskan semesta) adalah air, sebagai hasil permenungannya akan sesuatu yang dapat menyatukan keseluruhan. Pencarian Thales akan suatu keutuhan bukanlah hal baru, akan tetapi gagasannya tentang materi yang dapat mencakup keseluruhan merupakan gagasan orsinal. Ia juga memiliki gagasan yang agak ganjil, yang mengatakan, bahwa bumi mengapung di atas air (yang sekali lagi, diperolehnya dari bangsa Mesir). Menurutnya, air merupakan materi yang dapat dijumpai dalam beragam bentuk, dan mampu mentransformasikan diri, dan berdiferensiasi menjadi segala macam bentuk yang dapat dijumpai di alam material. Kita tidak mengetahui detail hipotesis ini dalam penjelasan praksisnya. 
2. Anaximandros (610 – 546 SM) 
Seperti halnya Thales, Anaximandros juga seorang ilmuwan berbakat, dengan keahlian utama pada astronomi, dan kartografi. Ia merupakan orang Yunani pertama yang membuat peta bumi, dan orang Yunani pertama yang mempersiapkan peta bintang. Ia juga membangun gagasan tentang koordinat benda langit, dengan bumi berbentuk silinder di bagian tengahnya, dan lingkaran konsentris langit di luarnya, sehingga ia membangun model semesta darinya. Bumi tetap diam pada bagian tengahnya, karena ia menganggapnya sebagai pusat simetri, ia nampaknya berpendapat, bahwa terdapat kesetimbangan gaya pada titik tengah ini. Anaximandros menulis sebuah buku yang menerangkan gagasan – gagasan astronomi, dan filsafatnya. Menurut Anaximandros, yang menjadi arkhe adalah apa yang disebutnya sebagai, apeiron. Apeiron bersifat abadi, tak terbatas, dan tak dapat dilihat. Ia berpendapat, bahwa segala hal berasal dari apeiron., dan berproses dalam jalinan rumit dalam dua prinsip, yaitu panas/dingin, dan kering/basah. Apeiron berproses dalam ‘dialektika materiil’ tanpa henti, hingga menghasilkan dunia seperti yang tampak saat ini. Gagasan Anaximandros tentang apeiron ini cukup menarik, karena ia mengungkapkan konsep arkhe yang berbeda dibandingkan filsuf sezamannya. Ia menganggap, bahwa dunia tampak, itu bersifat fana, dan transien. Segalanya mengalir, dan berubah, kecuali apeiron sendiri. 
3. Anaximenes (585 – 525 SM) 
Kita hanya mengetahui sedikit tentang kehidupan Anaximenes. Filsafatnya merupakan bantahan terhadap pemikiran Thales. Ia berpendapat udaralah yang merupakan arkhe, alih – alih air sebagai prinsip pertama. Segala hal berasal dari udara, yang terbentuk melalui proses kompresi; transformasi; dan pengudaraan kembali (rarefraction). Seluruh transformasi ini terjadi akibat panas/dingin, dan kering/basah. Berbeda dengan Anaximandros, Anaximenes berpendapat, bahwa pemanasan/pendinginan bukanlah ‘gejala’ dari arkhe, melainkan hanya sekedar agen perubahan saja. Seperti juga pada Anaximandros, ia juga membangun teori penciptaan surga, dan dunia berdasarkan gagasannya, bahwa yang utama adalah udara. Kontribusi utama filsuf – filsuf Milesian adalah memperkenalkan gagasan tentang arkhe yang membentuk semesta. Gagasan ini merupakan suatu langkah besar ketimbang kosmogoni yang dianut oleh bangsa Yunani sebelumnya. Para filsuf Milesian membuat ide – ide kosmologis menjadi lebih manusiawi. Gagasan tentang arkhe ini, nantinya mempengaruhi filsuf – filsuf setelahnya tentang gagasan mengenai substansi. Pemikiran Anaximandros tentang apeiron juga sangat menarik, hingga menjadi perdebatan filsuf – filsuf setelahnya tentang gagasan ‘kemenjadian’. Mungkin, dari sudut pandang manusia moderen seperti kita, adalah bahwa filsuf – filsuf Milesian mengajukan suatu proposisi empiris dalam menjelaskan semesta. Pemikiran ini dapat dikatakan sebagai penghipotesaan tentang semesta dalam pandangan pra – ilmiah. 
D. Asal muasal Alam 
1.Proses Terbentuknya Alam Semesta Menurut Sains Modern Pertanyaan tentang awal mula alam semesta telah lama diperbincangkan. Sampai hari inipun belum ada satupun teori penciptaan alam semesta yang dapat diterima secara bulat oleh para ilmuwan dikarenakan keterbatasan akal manusia tidak bisa menjangkau luasnya jagad raya. Sebab penginderaan, penemuan masalah, penyusunan hipotesis, eksperimen, dan teori yang merupakan urutan langkah dan prosedur ilmiah yang lazim, harus diakui belum bisa mengakomodir kebutuhan manusia untuk bisa memahami dunia ini. Berikut adalah teori-teori tentang asal mula alam semesta. 
a.Teori keadaan tetap (Steady-state theory) 
Teori ini berdasarkan prinsip kosmologi sempurna yang menyatakan bahwa alam semesta dimanapun dan bilamanapun selalu sama. Berdasarkan prinsip tersebut alam semesta terjadi pada suatu saat teretentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama walupun galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan bahwa galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi lama. Denga demikian teori ini beranggapan bahwa alam semesta itu tidak terhingga besarnya dan tidak terhingga tuanya (tanpa awal dan tanpa akhir). 
b.Teori dentuman besar (big-bang theoru) 
Teori ini dikembangkan oleh George Lematitre. Menurut teori ini, pada mulanya alam semesta berupa sebuah “primeval atom” yang berisi semua materi dalam keadaan yang sangat padat. Suatu ketika, atom ini meledak dan seluruh materinya terlempar ke ruang alam semesta. Sejak situ, dimulailah ekspansi yang berlangsung ribuan juta tahun dan akan terus berlangsung jutaan tahun lagi. Timbul dua gaya yang saling bertentangan, yang satu disebut gaya gravitasi, dan lainnya dinamakan repulsi kosmis. Dari kedua gaya tersebut, gaya kosmis lebih dominan sehingga alam semesta masih terus akan ekspansi. Pada suatu saat nanti, ekspansi tersebut pasti akan berakhir. 
c. Teori Nebular 
Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Laplace pada tahun 1796. Ia yakin bahwa sistem tata surya terbentuk dari kondensasi awan panas atau kabut gas yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut ada sebagian yang terpisah dan merupakan cincin yang mengelilingi pusat. Bagian yang mengelilingi pusat itu dengan cara yang sama berkondensasi membentuk suatu formula yang serupa dengan terbentukya matahari tadi. Setelah mendingin benda-benda ini akan menjadi planet-planet seperti Bumi dengan benda-benda yang mengelilinginya berupa sateliti atau bulan. Dapat dibayangkan bahwa berdasarkan teori ini, planet Saturnus yang dikelilingi ileh cincin Saturnus itulah merupakan bakal satelitnya. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah ditemukannya dua biah bulan pada Jupiter dan sebuah bulan diSaturnus yang berputar berlawanan arah dengan rotasi planet-planet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa satelit tersebut bukan merupakan bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace. 
d.Teori Planettesimal 
Dikemukakan pertama kali oleh Chamberlin dan Moulton.Hipotesis ini bertitik tolak dari pemikiran yang sama dengan teori nebular yaitu bahwa sistem tata surya ini terbentuknya dari kabut gas yang sangat besar yang berkondensasi. Perbedaannya adalah terletak pada asumsu bahwa terbentuknya plante-planet itu tidak harus dari satu badan tetapi diasumsikan ada bintang besar lain yang kebetulan sedang lewat dekat bintang dimana tata surya kita merupakan bagiannya. Kabut gas dari bintang lain itu sebagaian terpengaruh ileh daya tarik kita dengan setelah mendingin terbentuklah benda-benda yang disebut planettesimal. Planettesimal merupakan benda-benda kecil yang padat. Karena daya tarik menarik antar benda itu sendiri, benda-benda kecil tersebut akan bergumpal menjadi besar dan menjadi panas. Hal ini disebabkan oleh tekanan akibat akumulasi dari massanya. Teori ini daptat menjawab pertanyaan mengapa ada satelit-satelit pada Jupiter maupun pada Saturnus yang mempunyai orbit berlawanan dengan rotasi planet-planet itu. 
e.Teori Tidal atau Teori Pasang Surut 
Teori ini diungkapkan pertama kali oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919. Menurut teori ini planet itu merupakan percikan dari Matahari yaitu seperti percikan matahari yang sampai kini masih nampak ada. Percikan tersebut disebut “tidal”. Tidal yang besar yang kemudian akan menjadi planet itu disebabkan karena adanya dua buah matahari yang bergerak saling mendekat. Peristiwa ini tentu arang sekali terjadi namun bila ada dua buah bintang yang bergerak mendekat satu dengan yang lain maka akan terbentuklah planet-planet baru seperti teori tersebut di atas. 
f.Teori Bintang Kembar 
Menurut teori ini, kemungkinan dahulu matahari merupakan sepasang bintang kembar. Oleh karena sesuatu sebab, salah satu bintang meledak dan oleh gaya tarik gravitasi bintang yang satunya (Matahari yang sekarang), pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan beredar mengelilinginya. 
g.Teori Creatio Continua
Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, Bendi, dan Gold. Menurut teori cratio continua atau continuous creation, saat diciptakan, alam semesta ini tidak ada. Alam semesta ini selamanya ada dan akan tetap ada, atau dengan kata lain alam semesta ini tidak pernah bermula dan tidak akan berakhir. Pada setiap saat, ada partikel yang dilahirkan dan ada yang lenyap. Partikel-partikel tersebut kemudian mengembun menjadi kabut-kabut spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad alam semesta. Karena partikel yang dilahirkan lebih besar daripada yang lenyap, maka jumlah materi semakin bertambah dan mengakibatkan pemuaian alam semesta. Pengembangan ini akan mencapai titik batas kritik pada 10 miliar tahun lagi. Namun, dalam waktu 10 miliar tahun ini akan dihasilkan kabut-kabut baru. Menurut teori ini, 90% materi alam semesta adalah hidrogen. Dari hidrogen ini akan terbentuk hedium dan zat-zat lainnya. 
h.Teori G.P. Kiper 
Pada tahun 1950 G.P, Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan yang ditemui di luar tata surya dan menyarakan penyempurnaan atas teori-teori yang telah dikemukakan yang mengandaikan bahwa Matahari serta semua planet yang berasal dari gas purba yang ada di ruang angkasa. Pada saat ini, terdapat banyak kabut gas dan diantara kabut terlihat dalam proses melahirkan bintang. 
i.Teori Ekspansi dan Kontraksi 
Teori ini berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus dan alam semesta, yaitu “masa ekspansi”dan “masa kontraksi” diduga bahwa siklus ini berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun. Usaha para ilmuwan itu hanyalah sekadar menguji hipotesis. Setelah teruji, teori itu masih mungkin diperbaiki dengan teori yang lebih akurat. Namun demikian teori-teori tersebut di atas masih diyakini orang sampai sekarang. 
2.PROSES TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA DARI PANDANGAN ISLAM
Permasalahan seperti yang dialami oleh Sokrates, Galileo Galilei dan Brutus telah mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap agama. Doktrinisasipun mulai dirobohkan dan manusia lebih memilih untuk bebas dan memerdekakan pikirannya. Tak dapat dipungkiri, kenyataan ini kemudian menggiring beberapa orang untuk memilih berpikir secara filsafat mekanisme. Dengan begitu dapat menghanyutkan manusia ke paham materialisme selanjutnya ke ateisme[6]. Pertentangan antara ilmu dan iman yang umumnya terjadi di Barat sebenarnya terjadi karena keliru memahami pemikiran Ibnu Rusyd (Averroes). 
Para pemikir Eropa saat itu mengakui bahwa terdapat kebenaran ganda (double truth) yang tidak dapat dipisahkan, yaitu kebenaran keimanan (agama) dan kebenaran (falsafah). Ini menurut pembuktian ahli sejarah di Barat sendiri, merupakan kesalahpahaman terhadap filsuf Muslim pembawa rasionalitas ke Eropa. Sebab sesungguhnya Ibnu Rusyd tidaklah mengajarkan tentang dua kebenaran yang terpisah dan tidak dapat didamaikan. Ia hanya mengajarkan seiring dengan pandangan yang umum dikalangan para filsuf Muslim, bahwa kebenaran adalah tunggal adanya, namun kemampian manusia memahaminya berbeda-beda setaraf dengan kapasitas inteleknya, yaitu pemahaman rasional dan pemahaman retorik yang ada pada kaum awam, kemudian kemudian menengahi antara keduanya ialah pemahaman dialketis pada kalangan para teolog[7] Kembali ke pembahasan mengenai ilmu alamiah dalam konteks ini tentang penciptaan alam semesta, tidak dapat dipisahkan dari petunjuk-petunjuk yang tertera dalam kitab suci al-Quran. Surat Fushilat ayat 9-12 menyajikan proses pembuatan alam semesta oleh Allah: 
1.(41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa 
2.(41:10) Segala isi Bumi diciptakan total dalam empat masa 
3.(41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya 
4.(41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Juga digambarkan dalam Al Qur’an pada ayat berikut: “Dialah pencipta langit dan bumi.” (QS: 6:101). Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. 
Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang“, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu. Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan[8]. 
Teori Big Bang ini berpijak pada suatu logika yang dipakai dalam memberi basis pengetahuan dalam teologi, logika ini kita kenal denga logika sebab akibat atau logika kausalitas. Logika kausalitas menampilkan suatu cara berpikir yang meletakkan suatu hal terkait dengan yang lain dalam suatu relasi sebab akibat[9]. 
Dengan menggunakan logika kausalitas tadi, kita sepakat bahwa alam semesta ini adalah akibat dari suatu sebab, dan sebab itu adalah akibat dari sebab lain dan seterusnya sampai terdapat sebab awal (prima causa). Sebab awal inilah yang kita sebut Tuhan. Logika kausalitas ini ternyata mempunyai kesamaan dengan teori Big Bang yang menyatakan bahwa alam semesta tercipta karena ledakan yang terjadi dari suatu titik nol. Sehingga bumi dan langit yang awalnya satu kemudian terpisahkan. Fakta ini relevan dengan apa yang tertlis dalam al-Quran; “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dulu adalah satu, dan Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman ?[10]”. Kutipan dari Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan alam semesta di al-Quran: Berhadapan dengan ayat-ayat al-quran tentang proses penciptaan alam semesta ada lima dasar yang menjadi landasan Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam : 
1. Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan embelembelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains. 
2.Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui. 
3.Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli). 
4.Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin. 
5.Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik teratur. Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang penciptaan kosmos. Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20 melainkan pada abad 7 Masehi disaat dunia Barat sedang mengalami abad-abad kegelapan (Dark Ages).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika berasal dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Logika terbagi menjadi dua macam yaitu : logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangannya logika juga disebut sebagai cabang filsafat. Logika sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. 
B. Saran
Logika sebagai cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk berpikir benar dan tidaksalah dalam mengambil keputusan. Selain itu berpikir secara logika mampu melatih kita untuk berpikir secara lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah.
MITOS DAN DEMITOLOGISASI MITOS DAN DEMITOLOGISASI Reviewed by As'ad on October 24, 2020 Rating: 5

20 comments:

  1. Saya aji purnomo
    Apa yang di maksud dengan rasionalitas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya Delvita akaan menjawab pertanyaan dari aji,
      Rasionl adalah hal yg bisa dilakukan dengan hal yg ada.
      Rasional litas merupakan konsep normatif yang mengacu pada kesesuaian keyakinan seseorang untuk percaya atau tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak terimakasi.

      Delete
  2. Saya Nurlela.

    Didalam asal muasal terdapat teori bintang kembar,tolong jelaskan akan teori tersebut.
    Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. begitulah cara orang dulu untuk merasionalisasikan gejala alam, kemudian muncul istilah mityologi yunani Misalnya: Petir adalah Dewa Thor yang sedang berkelahi. Dikemudian hari, sejalan perkembangan ilmu pengetahuan, munculah Logika, yang rasional. maka Mitos yang dulu dijelaskan sebagai cara menjelaskan gejkala alam tersingkirkan oleh Ilmu Pengetahuan.

      Delete
    2. Terimakasih pak atas penjelasannya .

      Delete
  3. Saya Siti Khodijah mau bertanya apakah kita boleh mempercayai mitos??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mitos adalah cara, orang dulu emnjelaskan fenomena alam yang kemudian tersingkir oleh Ilmu Pengetahuan.

      Delete
  4. Saya ibu ike puspita
    Apa yang di maksud dengan teoriti?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya rosmanidar akan menjawab pertanyaan bu ike sebuah pemikiran di mana pemikiran akan mendasarkan sebuah bentuk dari hal yg ada sebagai sebuah bentuk dari landasan utk melakukan suatu hal

      Delete
  5. Saya armis mirdayanti izin bertanya
    Dalam filsafat pra-socrastes ditandai dengan mencari satu asas segala sesuatu, dan dibalik keanekaragaman realitas di alam semesta hanya ada satu asas coba jelaskan satu asas itu??? Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thales mengusulkan:air Anaxiamandrosyang tak terbatas,Empedokles:api,udara ,tanah dan air herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir

      Delete
  6. Assalamu alaikum saya aisyah purnama sari mau bertanya bagaimana metode reductio ad absurdum yg dikembangkan oleh zeno ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Zeno memang di kenal sebagai seorang pemikir jenius yg berhasil mengembangkan metode utk meraih kebenaran,dgn membuktikan kesalahan premis2 lawan dgn cara mereduksikannya menjadi suatu kontradiksi sehingga konklusinya menjadi mustahil

      Delete
    2. Terima kasih atas jawabannya

      Delete
    3. saya nurhayati akan menjawab pertanyaan Metode Zeno, member nilai abadi bagi filsafat karena memang tidak satu pun pernyataam yang melahirkan pertentangan dapat dianggap benar. Metode yang dikembangkan oleh Zeno sangat berguna dalam suatu perdebatan karena dengan metode itu ia telah member dasar yang kokoh bagi argumentasi-argumentasi yang rasional dan logis. Zeno juga dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan metode dialektik, dalam arti mencari kebeneran lewat perdebatan atau bersoal jawab secara sistematis.

      Delete
  7. Saya inayati eva santosa putri izin bertanya dimateri dijelaskan secara garis besar mitos terbagi menjadi dua tolong sebutkan contoh dari mitos kosmogonis

    ReplyDelete
    Replies
    1. Contohnya kosmogonis yunani kuno menyebutkan bahwa pada mulanya bumi adalah kegelapan,bumi menciptakan langit yg melingkupi bumi setiap malam

      Delete
  8. saya nurhayati akan menjawab pertanyaan Metode Zeno, member nilai abadi bagi filsafat karena memang tidak satu pun pernyataam yang melahirkan pertentangan dapat dianggap benar. Metode yang dikembangkan oleh Zeno sangat berguna dalam suatu perdebatan karena dengan metode itu ia telah member dasar yang kokoh bagi argumentasi-argumentasi yang rasional dan logis. Zeno juga dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan metode dialektik, dalam arti mencari kebeneran lewat perdebatan atau bersoal jawab secara sistematis.

    ReplyDelete
  9. Assalamu'alaikum
    Saya kiya

    Boleh saya tau materi ini di kutip dari buku apa2 ya

    ReplyDelete

Komentar