Pengaruh kualitas Keimanan pengguna Medsos (netizen), terhadap kebiasaan Like dan Share Berita provokatif

Salah satu fungsi Agama adalah menciptakan aturan-aturan atau bisa dikatakan berisi aturan-aturan untuk menciptakan kondisi yang harmonis bagi manusia. Baik hubungan manusia dsesama manusia, manusia dengan alam dan isinya dan yang utama adalah hubungan manusia dengan Penciptanya.
Mungkin saat ini, dimana perkembangan teknologi informasi membuat kita mudah berbicara walau hanya dengan menuliskannya di Status Facebook, dan terkadang bagi pengguna lain dengan mudah men-share tanpa tahu kebenarannya dan bahkan tidak ingin mencari tahu kebenarannya.
Akhirnya Men-Share apapun.. Yg penting merasa kepentingannya terwakili oleh berita dan status yg di-share nya..
Memang dalam rangka mengukur keimanan seseorang tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat luar atau fisik seseorang. Atau hanya dengan melihat perilaku seseorang yang terlihat oleh panca indra. Karena Allah tidak melihat seseorang hanya dari fisik ataupun rupanya, tapi yang Allah lihat adalah hati dan amalnya. Innallaha la yandhzuru ila suarikum wa amwaliku, wa lakin yandhzuru ila qulubikum wa a'malikum.
Jika kita kaji lebih dalam tentang indikator-indikator yang menunjukkan keimanan seseorang, dalam islam, dalam hal ini adalah dari sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Hadits, maka banyak sekali ragam indikator yang menjadi ukuran bahwa orang tersebut dikatakan beriman.
Diantaranya memberi rasa aman terhadap orang-orang disekitarnya, menghormati tamu, berkata jujur, mencintai saudara seiman, baik terhadap tetangga dan sebagainya.
Salahsatu indikator bahwa orang tersebut dikatakan beriman adalah berkata baik atau meninggalkan kebohongan atau meninggalkan perdebatan yang memungkinkan terjadinya perselisihan.
لا يؤمن العبد الإيمان كله حتى يترك الكذب من المزاحة ويترك المراء وان كان صادقا
Kurang lebih artinya: Tidak sempurna keimanan seorang hamba, hingga dia meninggalkan perbuatan/perkataan dusta baik dalam bercanda (apa lagi serius), dan meninggalkan pertikaian/perdebatan walau dia adalah orang yang benar.
Bisa jadi keimanan kita kurang sempurna, sehingga hawa nafsu menguasai diri, sehingga kita tak mampu meninggalkan kebiasaan berbohong, mengada-ngada untuk memperindah kata2 yg tertuang dalam tulisan.
Jangankan dalam kondisi serius, dalam kondisi bercanda pun seharusnya menjaga diri dari berkata bohong.
...
Bukankah kita diingatkan agar selalu berhati2 menyampaikan berita oleh Al-Quran surat al-hujurat ayat 6.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ 
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Atau jangan2 kata "tabayun" hanya slogan yg terlihat "islami" tapi nol praktik..?
Terkadang kita takut, apakah teriakan takbir yg kita teriakan itu benar-benar meng-agung-kan Allah, atau tanpa terasa setan sedang menyelipkan tipu dayanya sehingga terlihat takbir, tapi sebenarnya sedang meng-agungkan hawa nafsu?

Pertikaian, perselisihan dan pertengkaran, dibalut seindah mungkin dgn tema perdebatan atau adu argumen.
Bukan berdialog untuk menemukan kekuatan bersama, tapi lebih pada mencari kesalahan demi kesempatan untuk berkuasa.

Lagi2 iman. Hanya iman harta berharga bagi kita.
Semoga kita termasuk orang yg masih memiliki iman dalam hati walau sekecil ujung jarum, dgn menjaga diri untuk berhati2 dalam menulis status atau share dengan caption penuh provokasi.

ويترك المراء وان كان صادقا
Tinggalkan pertikaian, tinggalkan perdebatan, walau dirimu dalam keadaan benar. Semoga itu tanda bahwa masih ada iman dalam hati kita.

من كان يؤمن با الله واليوم الاخر فليقل خيرا او ليصمت
Lagi2 himbauan ini buat orang yg beriman..
Jika kita tidak mampu berkata baik atau berkata benar, atau kita tidak mampu mencari data secara akurat, atau kita tidak punya alasan tepat untuk menuliskannya di status media sosial, maka lebih baik diam.
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah seringkali kita jumpai perdebatan-perdebatan di media sosial, yang memancing perdebatan yang tak kunjung usai di kolom komentar sehingga perdebatan tak lagi melahirkan sikap saling menghargai pendapat, tapi memunculkan cacian-cacian yang saling merendahkan orang lain. Bagaimana sikap kita sebagai seorang Mu'min menghadapi hal-hal demikian?

Minimal menjaga Jempol kita untuk tidak mudah Like dan Share sesuatu sedangkan kita tidak mengetahui kebenarannya.

Menjaga jempol dari mengetik status adalah cara zaman ini untuk diam. 😂
ياعلي ؛ رأس العبادة الصمت الا من ذكر الله تعالى
"Wahai 'Ali, pangkal segala Ibadah adalah diam (tidak berbicara) kecuali untuk dzikir kepada Alloh".
الصمت ارفع العبادة ( رواه الديلمى عن ابى هريرة)
“Diam adalah ibadah tingkat tinggi.” (H.R. Ad-Dailami dari Abu Hurairah).

Diam di sini dapat kita sesuaikan pada saat ini untuk tidak nye-tatus facebook yg tidak bermanfaat munurut agama dan dunia, atau menjaga jempol untuk tidak mudah like dan share status atau berita yg di dalamnya terdapat unsur ghibah, provokasi, dsb yg dapat menimbulkan perpecahan. Juga tidak usah membantah orang yang menentang, dan menghindari sebisa mungkin berbantah bantahan lewat komentar yg akhirnya tidak bisa dibedakan antara org yg berilmu dan orang yg tidak berilmu. Bahkan lebih baik diam, karena diam termasuk ibadah tingkat tinggi, karena kebanyakan kesalahan" itu timbul dari lisan. (Mungkin dari tulisan status dan komentar)

Semoga dengan menjaga lisan (status/komentar) menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.

من حفظ اللسان سلم فى الدنيا والاخرة
Selain itu, perbuatan yg paling disukai Allah adalah memelihara JEMPOL mu dari Update status gak jelas atau share Konten yg tidak jelas jeluntrungnya seperti yg telah kita bahas diatas dalam surat Al-Hujurat ayat 6.
احب الاعمال الى الله تعالى حفظ اللسان (رواه البيهقى)

"Amal (perbuatan) yang paling disukai Alloh, Adalah memelihara lisan" (H.R. Baihaqi)

Keutamaan lain dari Diam (menjaga diri dari jempol gak ada kerjaan) adalah lebih utama dari sedekah
الصمت زين للعالم وسترللجاهل (رواه ابوالشيخ عن المحرز)

“Diam itu hiasan bagi orang alim dan penutup bagi orang bodoh.” (H.R. Abusy Syekh dari Al-Mihrazi).

Diam akan menambah kewibawaan bagi Netizen yg jarang Update status, bisa jadi bertanda Beliau beliau Netizen yg bijaksana dan dalam keilmuannya. Dan orang yang bodoh (maaf) tidak akan diketahui bodohnya, jika dia tidak sering Update Status dan jarang komen.

الصمت سيدالاخلاق (رواه الديلمى عن انس رضى الله عنه)

“Diam adalah pimpinan akhlak.”
الصمت حكم وقليل فاعله (رواه القضاعى عن انس والديلمى)

“Diam adalah hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya.” (H.R. Al-Qadhai dari Anas dan Ad-Dailami, dari Ibnu Umar)
.....
Beberapa hadits saya kutip dari kitab:
Nasha'ihul 'ibad karya Syaikh Nawawi Al-Bantani
Tanqihul Qoul Al-Khatsits karya Syaikh Nawawi Al-Bantani
Pengaruh kualitas Keimanan pengguna Medsos (netizen), terhadap kebiasaan Like dan Share Berita provokatif Pengaruh kualitas Keimanan pengguna Medsos (netizen), terhadap kebiasaan Like dan Share Berita provokatif Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi on September 26, 2018 Rating: 5

No comments:

Komentar