Dakwah menggunakan kata lemah lembut bukan dengan kata-kata kasar

Mengambil hikmah dari kisah diutusnya Nabi Musa Alaihi Salam dan Nabi Harun Alaihi Salam, dalam menyampaikan dakwahnya kepada Fir'aun. Dari kisah tersebut setidaknya mampu memberikan kita pelajaran bahwa seorang mukmin hendaknya menyampaikan dakwahnya dengan bahasa yang indah, halus agar menyentuh hati orang yang mendengarkan.
Bagaimana Seorang yang beriman mengingatkan saudaranya? Bagai mana cara seorang warga negara yang beriman dalam menasehati pemimpinnya?
Menyampaikan kebenaran yang berdasarkan Al-Quran tidak dengan menyindir apalagi menyakiti hati orang lain, bahkan jika kita mampu dengan mengambil hati orang untuk mendengarkan dan merenungi kesalahannya agar kembali pada jalan yang benar.
Setidaknya ada beberapa indikator untuk menandakan seseorang tersebut beriman atau tidak. Diantaranya adalah berkata baik, atau kalau tidak bisa maka lebih baik diam.
من كان يؤمن با الله واليوم الاخر فليقل خيرا او ليصمت 
"Barangsiapa beriman pada Allah dan hari akhir maka berkata baik, atau kalaupun tidak mampu maka lebih baik diam"

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ, وَمَا كَانَ الْعُنْفُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ

“Tidaklah lemah lembut dalam sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah sikap keras dalam segala sesuatu kecuali dia akan merusaknya.” (HR Muslim)

Sikap yang lemah lembut, tutur kata yang santun, penuh adab, dan tanpa sikap kasar dan tanpa arogan merupakan hikmah dari sunnatullah dalam mencipta dan memerintah serta tuntutan dalam mengimani nama Allah Al-Rafiiq; artinya: Mahalembut, Mahabaik, dan Mahamenyertai.

Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ

“Sesungguhnya Allah Mahalembut, menyukai orang yang lembut. Dan sesungguhnya Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikannya kepada sikap kasar.” (HR. Muslim)

Al-Qur'an mengabadikan, saat Fir’aun sudah sampai pada puncak ketaghutan dengan mengatakan, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi,” maka Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkannya dan mendakwahinya seraya berpesan,

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaahaa: 44)

Yakni dengan bahasa yang mudah dipahami, halus, lembut, dan penuh adab tanpan sikap kasar, arogan, dan intimidasi dalam berkata atau bertindak brutal. Semoga dengan perkataan yang lembut ini dia jadi ingat dengan sesuatu yang bermanfaat untuknya sehinga dia melaksanakannya atau takut dengan apa yang membayakannya sehingga dia meninggalkannya. Kemudian Allah menerangkan tentang ucapannya tersebut,

فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى  , وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى

“Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?".” (QS. Al-Naazi’aat: 18-19)

Kesimpulan
Kita berada dizaman yang penuh dengan ujian dan cobaan, penuh fitnah.
Allah saja mengutus Musa Alaihi Salam dan Harun Alaihi Salam kepada firaun agar menggunakan kata yang lemah lembut untuk mengingatkannya.
Kita tak sebaik Musa AS, dan Tak se shaleh Harun AS, mengapa cara kita mengingatkan sesama dengan kata-kata kasar?
Tidak ada satu alasan pun untuk menggunakan cara-cara yang tidak baik dalam berdakwah, apalagi dengan mencela sedang yang kita dakwahi tidak sejahat Firaun.

Dakwah menggunakan kata lemah lembut bukan dengan kata-kata kasar Dakwah menggunakan kata lemah lembut bukan dengan kata-kata kasar Reviewed by As'ad on September 28, 2018 Rating: 5

No comments:

Komentar