Allah Tidak melihat seseorang dari tampangnya

Hadits no.7 kitab Riyadus Shalihin



وعن أبي هريرة عبد الرحمن بن صخر رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏
‏"‏ إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ، ولا إلى صوركم، ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم‏"‏ ‏(‏‏(‏رواه مسلم‏)‏‏)‏‏.‏


Artinya : Rasulullah saw telah bersabda sesungguhnya Allah swt tidak melihat pada badan kamu semua, tidak melihat bentuk muka kamu semua, akan tetapi Allah swt melihat pada hati kamu semua. Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairoh. 


Mengenai nama sahabat Abu Hurairoh, para ulama berbeda pendapat sampai 35 macam akan tetapi yang paling terkenal, nama sahabat Abu Hurairoh adalah Abdul Rahman bin Shohr. Menurut cerita Imam Ibnu Abdil Bar bahwa penyebab sahabat Abdul Rahman mendapat panggilan Abu Hurairoh karena suatu saat ia menggendong kucing ketiak bajunya dan kebetulan dilihat oleh Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw bertanya : apa itu ? Abdul Rahman menjawab : kucing, ya Rasul. Selanjutnya Rasulullah saw memanggilnya dengan panggilan Abu Hurairoh.




Sahabat Abu Hurairoh masuk Islam pada saat perang Khoibar, dan mulai saat itu Abu Hurairoh selalu begaul akrab dengan Rasulullah karena mencintai ilmu, sehingga Abu Hurairoh selalu mengikuti dan selalu ada dimana Rasulullah berada. Dari pergaulan itulah Abu Hurairoh termasuk sahabat yang paling bagus hafalannya dan sahabat yang paling mencintai ilmu dan hadits. Menurut Imam Bukhari, lebih dari 800 sahabat dan tabiin yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairoh.Abu Hurairoh meriwayatkan sebanyak 5.000 haditsdan dari sejumlah itu, 374 hadits disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

Allah swt tidak membedakan antara bangsa, ras, suku, gagah, cantik dan sebagainya namun Allah swt, akan tetapi Allah swt memberikan krieteria dasar iman dan amal sholehsebagai seseorang memperoleh balasan pahala. Sehingga Allah swt akan menerima dan membalas amal seorang mukmin, tidak hanya karena melihat bentuk jasmani dan ketampanan rupa, akan tetapi berlandaskan pada apa yang terbesit didalam hati mereka berdasarkan kemampuan ilmu, kebenaran maksud, kehendak, kejernihan hati dari sifat-sifat yang tercela dan mementingkan sifat-sifat yang terpuji.



Dengan mementingkan hati yang bersih dan sifat-sifat yang terpuji akan menomor duakan perbuatan anggota badan jasmani, sebab amalan hati akan menjadikan amal syar’i menjadi benar. Amal syar’i tidak sah apabila tidak dilakukan oleh orang mukmin yang yang secara sadar mengetahui siapa yang mewajibkan, dilakukan dengan ikhlas karena taat kepada yang memerintah, tidak sempurna kecuali karena mendekatkan diri kepada yang memerintah dan yang terakhir ini disebut ihsan.



Ketika amalan hati menyebabkan sahnya amalan lahir sedangkan amalan hati tidak kelihatan, maka tidak bisa dipastikan bahwa orang yang beramal sholeh itupasti baikdihadapan Allah swt. Bisa jadi Allah swt mengetahui suatu sifat yang tercela dari hatinya, padahal sahnya perbuatan lahir tergantung pada kebenaran amalan hati. Amal perbuatan lahir hanyalah alamat yang bersifat nisbi, bukan merupakan tanda-tanda yang pasti. Dengan demikian, tidak ada untungnya memuji-muji orang yang kita lihat memiliki amal sholeh yang banyak dan tidak boleh memandang rendah melihat orang Islam yang memiliki amal perbuatan yang tercela.



Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Parameter amal perbuatan seseorang diterima oleh Allah swt adalam iman kepadaNya.
2. Diterima dan ditolaknya suatu amal perbuatan orang mukmin beradasarkan pada keikhlasan niaatnya semata karena Allah swt, bukan berdasarkan siapa yang melakukan.
3. Maqom ihsan adalah sikap seorang mukmin yang dalam melaksanakan ibadah secara sadar mengetahui siapa yang mewajibkan, dalam melaksanakan ibadahsemata karena 
mentaati perintah yang memerintah dan bertujuan untuk mendekatkan diri kepada yang 
memerintah.
Allah Tidak melihat seseorang dari tampangnya Allah Tidak melihat seseorang dari tampangnya Reviewed by As'ad on February 03, 2018 Rating: 5

No comments:

Komentar