Hadits Tentang Menuntut Ilmu


حَدَ ثَنَا هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍحَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ.كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ,عَنْ مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ,عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك.قال:قال رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم (طَلَبُ اْلِعلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. وَوَاضِعُ اْلعِلمِ عِنْدَغَيْر اَهْلِهِ كَمُقَلِّهِ اْلَخفَازِيْرِ الْجَوْهَرَوَالُّلؤْلُؤُ وَالذَّهَبَ). (رواه ابن مجاه)[1]
“Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)
A. Tafsir Mufrodat Hadist Tentang Menuntut Ilmu
وَ وَضِعُ الْعِلْمِ      : Dan orang yang meletakkan ilmu, maksudnya orang yang menempatkan ilmu
عِنْدَ غَيْرِ اَهْلِهِ      : Kepada orang yang bukan ahlinya, orang yang bukan faknya
كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيْرِ   : Seperti babi yang dikalungi emas( sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan dan akhirnya tidak ada gunanya )

B. Tafsir Nahwu Shorof
طَلَبُ اْلِعلْمِ             : Mubtada’ (Mubtada’nya terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih)
فَرِيْضَةٌ                 : Khabar
عَلَى كُلِّ                : Susunan Jar Majrur, karena diawali dengan huruf jar “Ala”
كُلِّ مُسْلِمٍ                : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof
                              ilaih dibaca majrur (kasroh).
وَ وَضِعُ الْعِلْمِ      : Wawunya bwrupa wawu athof, وَضِعُ الْعِلْمِ menjadi mubtada’
                      (terdiri dari susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih    dan mudhofilaih  dibaca 
                        majrur (kasroh).
عِنْدَ                       : Khabar Syibhul Jumlah (bentuknya dharaf)
غَيْرِ اَهْلِ                : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof
ilaih dibaca majrur (kasroh).
اَهْلِهِ                      : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof
ilaih dibaca majrur (kasroh).
كَمُقَلِّدِ                  : Susunan Jar Majrur, karena diawali dengan huruf jar “Kaf”
مُقَلِّدِ الْخَنَازِيْرِ        : Susunan Idhofah, yaitu mudhof dan mudhof ilaih dan mudhof
ilaih dibaca majrur (kasroh).
الْجَوْهَرَ                : Maf’ul Bih
وَ                       : Wawu athof
الُّلؤْلُؤُ                  : Ma’tuf awal (Diathofkan kepada Ma’tuf alaih berupa lafadz
                              الْجَوْهَرَ    
وَ                     : Wawu athof
الذَّهَبَ               : Ma’tuf awal (Diathofkan kepada Ma’tuf alaih berupa lafadz

C Sanad
اِنّيِ رَسُوْلُ الله ص.م

عَفْ أَئَفْسِ بن ما لك

مُحَمَّدْ بِنْ سِيْرِ يْنَ

كَثِيْرُ بِنْ شِنْظِيْرِ

حَفْصُ بِنْ سُلَيْمَانَ

هِشَاُمِ بِنْ عَمّاَرٍ

ابن مجاه


D.  Penjelasan Hadits
Hadits diatas menunjukkan bahwa fardhu bagi setiap orang muslim mencari ilmu, dan orang yang memberikan ilmu bagi selain ahlinya adalah seperti orang yang mengalungkan babi dengan mutiara, permata dan emas. Orang yang mempunyai ilmu agama yang mengamalkannya dan mengajarkannya orang ini seperti tanah tanah subur yang menyerap air sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan memberi manfaaat bagi orang lain, dan Allah juga akan memudahkan bagi orang-orang yang selama hidupnya hanya untuk mencari, dipermudahkan baginya jalan menuju kesurga. Dengan ilmu derjat orang tersebut tinggi dihadapan Allah, Allah pun akan meninggikan derajatnya di dunia maupun diakhirat nanti, seorang muslim memperbanyak mengamalkan ilmu kepada orang lain, maka semakin tinggi pula derajatnya dihadapan Allah, dibawah ini salah satu hadits yang menunjukkan bahwa seseorang yang menempuh suatu jalan dalam hidupnya untuk mencari ilmu, maka Allah akan mempermudahkan baginya jalan menuju surga. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Allah juga : Seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa hidupnya.
Hadist tersebut merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadist tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadist tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk-makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu. Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang yang  enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.
Ilmu sebagai suatau pengetahuan, yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Karena menuntut ilmu dinyatakan wajib, maka kaum muslimin menjalankannya sebagai suatu ibadah, seperti kita menjalankan sholat,puasa. Maka orang pun mencari keutamaan ilmu. Disamping itu, timbul pula proses belajar-mengajar sebagai konsekuensi menjalankan perintah Rasulullah itu proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama maupun baru, dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi, karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat Muslim dan dihadapak Allah. Jadi ilmu juga bisa diartikan atau dijadikan sebagai pusat dari perubahan dan perkembangan di dalam suatu masyarakat. Kaitannya dengan hadits diatas tersebut bahwasannya ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yg diberikan Allah kepadanya. Begitu tingginya derajat orang yang berilmu disisi Allah dan manfaatnya ataupun pentingnya sangat banyak untuk perubahan-perubahan dalam masyarakat. “Sungguh mulia orang yang berilmu, dan semasa hidupnya hanya untuk mencari ilmu adalah agar dimudahkan dalam masuk surga Allah, Allah pun juga akan juga akan mempermudah baginya masuk surga”.[2]
“Ibnu munir menyatakan, bahwa keutamaan ilmu dalam hadits ini dapat dilihat dimana ilmu telah diibaratkan dengan keutamaan atau kelebihan Nabi yang diberikan Allah kepadanya”.[3] Dengan mengetahui pentingnya ilmu pengetahuan maka dengan ilmu tersebut hukum. Hukum Allah dapat diamalkan, ditegakkan dan dikembangkan. Tanpa ilmu sangat mustahil, karena  salah satu kewajiban islam yang sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari dan menuntut ilmu. Mencari ilmu ialah wajib hukumnya bagi setiap muslim, tidak hanya dikhususkan satu kelompok dan tidak bagi kelompok lain seperti kewajiban sholat, puasa, zakat.
Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. Selain Allah memberikan derajat/kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat bagi orang muslim yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. “Seorang yang keluar dari rumahnya dalam mencari ilmu, maka para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang tersebut. Jadi sangat mulai orang yang berniat hanya untuk mencari ilmu semasa hidupnya”.[4] Keutamaan orang yang berilmu sehingga melebihi orang yang ahli ibadah. Karena ibadah tanpa ilmu tidak benar dan tidak diterima, dan untuk membuktikan keutamaan ahli ilmu ini Allah bersama malaikat dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut dan ikan bershalawat untuk orang yang mengajari kebaikan. Keutamaan ilmu tidak terletak beberapa ilmu yang yang didapat tetapi pada pengembangan dan pengalamannya dalam kehidupan ataupun masyarakat.tujuan akhir seorang mu’min adalah surga. Untuk itu seluruh ilmu yang mereka miliki diamalkan. Caranya adalah mencari dan mengamalkan semua kebijakan tanpa merasa lelah atau capek. Seorang mu’min itu tak akan merasa puas dan lelah dalam mencari maupun mempelajari ilmu, karena dengan ilmu semua kebajikan dapat diraih. “Allah tidak pernah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mencari sesuatu kecuali menuntut ilmu syari’at, yang berfungsi untuk menjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf”.[5]

E. Analisa Kependidikan
Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya, agar  menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut, dan dalam hal ini yang disebut ulama, sebab ada hadis lain yang mengatakan bahwa rasulullah itu wafat beliau seolah- olah beliau berkata kepada para ulama, hai para ulama, aku meninggalkan kalian semua, aku tidak tinggalkan emas, berlian, kepada kalian semua tapi aku tinggalkan ilmu kepada kalian, kalian lah pewarisku, maka orang yang telah mengambilnya berarti ia telah mengambil keuntungan yang banyak. Karena allah akan mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, sehingga makin banyak ulama wafat maka ilmu semakin banyak ditarik,sehinggga kalau bukan generasi muda kita yang akan bangkit mempelajari ilmu itu, maka akan celakanya umat nantinya akibatnya umat akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, yang akan memberikan fatwa  menyesatkan.
Begitu Pentingnya Ilmu bagi diri sendiri dan orang lain, dan bagi perubahan dan perkembangan masyarakat. Tanpa ilmu kita juga tidak akan mengetahui hukum-hukum syariat yang wajib dilakukan oleh orang mukallaf tentang urusan Agama yang meliputi Ibadah, Mualamalah, Ilmu tentang Allah dan sifat-sifatnya baik yang wajib maupun yang mustahil baginya. Dari hadits dan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa menuntut itu wajib bagi setiap muslim, dan manfaatnya begitu banyak baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, lebih banyak lagi bagi perubahan dan perkembangan dalam suatu masyarakat. Dan Allah pun akan meninggikan derajat yang tinggi di dunia maupun di akhirat nanti bagi bagi orang yang berilmudan mengamalkan serta mengajarnya kepada orang lain yang belum mengetahui. Orang yang mengamalkan ilmu terus menerus maka Allah juga akan menambah derajatnya di dunia dan akhirat. Ilmu sebagai suatu pengetahuan yang diperoleh melalui cara-cara tertentu. Dengan adanya proses belajar mengajar ini menimbulkan perkembangan dan sebagai tenaga pendorong perubahan masyarakat. Oleh karena itu peran ilmu dalam kehidupan sangat utama. Orang yang keluar dan berniat mencari ilmu, maka malaikat akan meltakkan sayap-sayapnya sebagai rasa senang atas apa yang dilakukan orang tersebut, dan semua apa-apa yang dilangit dan dibumi pun juga akan mendo’akannya, ikan di air pun ikut mendo’akan.

Dari penjelasan hadist – hadist diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama lain. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan  antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan  yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.

Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadist sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.

DAFTAR PUSTAKA


Al-Mundiri Hafidz, Terjemah Attarghib wat tarhib. (Surabaya: Al-Hidayah Al Qur’an Al Karim, 2000)
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, Min Kunuz As Sunnah. (Jakarta: Dar Al Kutub Al Islamiyah, 1999)
Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. (Surabaya: Al-Hidayah, tt)
Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi. (Beirut: Dar Al-Fikri, 2001) Jilid 3
Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah. (Jakarta : Pustaka Azzam, 2002) Jilid 5.
Muhammad Zuhri, Terjemah Jawahirul Bukhari. (Indonesia: Darul Ihya’, 1993)
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-qur’an. (Jakarta: Paramida, 1996)
Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi. Bab Keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari ilm. (ttp: Dar Al Fikri, 2001) Jilid 1



________________________________________
[1] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab al-ilmi, Bab Keutamaan Ulama’ dan anjuran mencari ilmu (Bentuk-bentuk Dar Al Fikri 2001) Jilid 1. Hal 183.
[2] M. Dawam Rahardjo, SE, Ensiklopedi Al-qur’an (Jakarta : Paramida 1996) hal 530.
[3] Ibnu Hajar Al asqalani, Al-iman Al hafidzh, Fathul Baari syarah (jakarta : pustaka Azzam, 2002) jilid 5, hal 345.
[4] Hadits Riwayat Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-ilmi (Beirut : Dar Al-Fikri, 2001) Jilid 3, hal 184.
[5] Ibnu Hajar Al-asqani, Al Imam Al Hafidz, Fathul Baari Syarah (Jakarta : Pustaka Azzam : 2002) Jilid 5. Hal 263.
Hadits Tentang Menuntut Ilmu Hadits Tentang Menuntut Ilmu Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi on January 12, 2016 Rating: 5

No comments:

Komentar