Biografi Muhammad Nāşiruddīn al-Albāniy

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Nāsiruddīn bin Nūh bin Ādam Najāti Abū Abdirrahmān. Beliau lebih dikenal dengan sebutan al-Albāniy karena lahir di Albania tepatnya di Asyqudarah (ibu kota Republik Albania saat itu) pada tahun 1914 M/1332 H;1 Beliau juga dikenal dengan al-Dimasyqiy karena pernah menetap di Damaskus selama kurang lebih lima tahun; Beliau juga dikenal dengan al-Urduniy karena Yordania merupakan tempat tinggal dan tempat wafatnya.2 Ia lahir dalam lingkungan keluarga yang taat beragama. Ayahnya Haji Nūh termasuk seorang ulama besar di Albania bermażhab Hanafi. Lingkungan ia tinggal ketika masih muda juga merupakan lingkungan yang kental nafas agamanya, memelihara ajaran dalam segala aspek kehidupan. Hingga berkuasalah raja Albania saat itu, yaitu Ahmad Zugū, yang mengadakan perombakan total atas sendi-sendi kehidupan masyarakat yang menyebabkan goncangan hebat bagi masyarakat Albania dan bagi al-Albāniy sendiri. Ahmad Zugū berkuasa dengan mengikuti langkah Kemal Attaturk di Turki. Di antara bukti kesewenang-wenangan  Zugū adalah ia mengharuskan wanita-wanita muslimah menanggalkan jilbabnya.3 
            Sejak saat itu orang-orang yang ingin menyelamatkan agama mereka banyak melakukan pengungsian, demikian juga keluarga Haji Nūh yang mengungsi ke Syām tepatnya adalah di kota Damaskus. Pindahnya keluarga al-Albaniy ke Syām bukanlah tanpa alasan tetapi karena ayahnya banyak membaca hadis yang menerangkan tentang keutamaan Negeri Syām secara umum dan kota Damaskus secara khusus, kemudian pindah ke Yordania dan kemudian kembali lagi ke Syām. Setelah itu pindah ke Beirūt  dan terakhir pindah ke Ammān,Yordania.4 Beliau juga pernah menetap di Madīnah al-Munawwarah selama tiga tahun sejak 1381 H ketika beliau mengajar di Universitas Islam Madinah.5
            Al-Albāniy selalu menghabiskan waktunya dengan meneliti, menulis dan berdakwah hingga Allah memanggilnya pada bulan Jumadil Akhir 1420 H bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1999 M dalam usia 86 tahun.
   
2.Latar Belakang Intelektual al-Albāniy 
            Kepindahan keluarga al-Albāniy ke Syām merupakan berkah tersendiri bagi al-Albāniy, karena di sana al-Albāniy dapat hidup terbiasa menggunakan bahasa Arab yakni bahasa yang mutlak harus dikuasai oleh siapa saja yang hendak memahami al-Qur’an dan As-Sunnah.
            Sesampainya  keluarga al-Albāniy di Damaskus, lalu al-Albāniy dan saudara-saudaranya masuk pada sebuah sekolah swasta yakni Jam’iyyah al-Is’āf al-Khairi.6 Al-Albāniy menyelesaikan studi tingkat ibtidaiyahnya selama 4 (empat) tahun. Setelah  duduk di bangku ibtidaiyyah, al-Albāniy tidak melanjutkan studinya pada sekolah-sekolah yang ada. Menurut ayahnya sekolah-sekolah umum atau pemerintah tersebut kurang bagus mutu pengajaran agamanya, karena bersamaan pada saat itu bergejolak revolusi Syiria yang dihembuskan oleh orang-orang Perancis. Ayah al-Albāniy menetapkan baginya belajar intensif pada para ulama (Masyaikh). Beliau belajar pada ayahnya, Fiqih Mażhab Hanafi dan ilmu Saraf, juga tajwid dan al-Qur’an. Beliau juga belajar sebagian fiqih Hanafi dan secara terfokus membaca kitab Marāqi al-Falāh Syarh Nūr al-Iddah, sebagian kitab Nahwu dan Balaghah modern dan mempelajari buku-buku hadis pada syaikh Sa’īd al-Burhāni. Beliau memperoleh ijazah riwayat dalam ilmu hadis dari seorang tokoh ulama Halab, yaitu Syaikh Ragib al-Tabbakh, setelah bertemu dengannya lewat perantara Ustaż Muhammad al-Mubarak.7
            Al-Albāniy yang sekarang dikenal sebagai ulama kritikus hadis abad ini adalah seorang yang dulunya hidup dalam keluarga dengan kondisi ekonomi rendah. Beliau pernah bekerja sebagai tukang kayu yang biasa merenovasi rumah-rumah lama yang telah rusak  dan hancur disebabkan hujan atau salju. Kemudian beliau bekerja membantu ayahnya mereparasi jam dan saat itulah al-Albāniy mendapatkan waktu yang lebih banyak untuk belajar. Bagi al-Albāniy, pekerjaan ini merupakan nikmat yang dikaruniakan Allah padanya, karena dengan begitu ia mempunyai kesempatan menghadiri kajian-kajian di masjid. Pada awalnya, al-Albāniy  senang membaca buku-buku cerita Arab, seperti Al-Zāhir wa ‘Antarah,8 cerita-cerita detektif yang diterjemahkan dalam bahasa Arab, seperti Archier Lobphin dan lain-lain serta buku-buku sejarah. Buku-buku tersebut ia dapatkan dengan membaca pada toko buku di sebelah masjid.
                Semangat beliau dalam mempelajari ilmu-ilmu hadis berawal pada suatu hari di mana ia mendapatkan majalah al-Manar yang di dalamnya terdapat tulisan Sayyid Rasyid Rida ketika membahas kitab Ihyā’ ‘Ulūmuddin dengan menunjukkan sisi baik juga kesalahan-kesalahan buku tersebut secara ilmiah. Al-Albāniy tertarik dengan tulisan tersebut karena bagi beliau baru kali ini  mendapatkan tulisan ilmiah seperti itu. Rasyid Rida juga menyebutkan bahwa Abū Radil Zainuddin al-Irāqi mempunyai sebuah kitab yang berjudul Al-Mugni ‘an Hamli al-Asfār fi al-Asfār fi Takhrīj ma fi al-Ihyā’ min al-Akhbār. Kitab tersebut membahas tentang ‘Ihyā΄ ‘Ulūmuddin dengan meneliti hadis-hadisnya serta memisahkan antara yang şahih dan yang daīf.
            Al-Albāniy mengikuti seluruh pembahasan tentang kitab al-Ihyā’ tersebut sampai akhir, baik dari seluruh edisi majalah al-Manār maupun dari kitab aslinya Ihyā’ 'Ulūmuddin karya al-Ghazali. Al-Albāniy mulai tertarik dengan takhrij yang dilakukan al-Hāfiz al-Irāqi sehingga beliau menyalinnya dalam satu naskah atau meringkasnya dengan memanfaatkan kita-kitab ayahnya sebagai referensi dalam memahami kata-kata asing karena ia adalah seorang ajam (bukan orang Arab). Hasil salinan dan ringkasan al-Albāniy tersebut mencapai 4 juz dalam 3 jilid mencapai 2012 halaman dengan dua macam tulisan, yang pertama tulisan biasa dan yang kedua tulisan yang lebih rapi dan teliti disertai footnote yang berisi komentar, penafsiran makna hadis, atau melengkapi (sesuatu yang dianggap perlu dari tulisan al-Irāqi). Misalnya jika ada kata-kata sulit beliau mengambil/merujuk pada kitab Garīb al-Hadīs karya Ibnu al-'Asir, al-Nihāyah dan beberapa kamus.
            Kegemaran al-Albāniy terhadap warisan Nabi terus bertambah, demikian pula upayanya dalam memisahkan hadis-hadis şahih dari yang lemah. Hal ini menyebabkan beliau bekerja hanya tiga hari dalam satu minggu selain hari selasa dan jum’at. Karena bagi beliau waktu tersebut telah cukup untuk mendapatkan makanan pokok bagi keluarga dan anak-anaknya. Adapun waktu-waktu selebihnya beliau gunakan untuk menuntut ilmu, menulis, dan mempelajari hadis-hadis Rasulullah saw terutama manuskrip hadis yang ada di perpustakaan “Zāhiriyah”. Beliau banyak menghabiskan waktu di perpustakaan sehingga setiap orang pada saat itu mengetahui kesungguhan dan semangatnya dalam memanfaatkan waktu.
Tidak seperti pada kebanyakan  ulama atau cendekiawan saat ini yang mudah mendapatkan buku-buku yang mereka perlukan dengan cara membeli karena tersedianya dana yang mereka miliki, maka Al-Albāniy mendapatkan buku-buku yang ia cari dari perpustakaan, seperti perpustakaaan Al-Zahiriyah, al-Arabiyah al-Hasyimiyyah (Ied Ikhwan) milik Ahmad Hamdy dan Taufik. Beliau juga mendapatkan dari toko buku seperti milik Sayyid Salim Al-Qusaibasiy dan anaknya Izzat dengan cara meminjam karena beliau tidak sanggup membelinya.9
Ketekunan dan keuletan al-Albāniy membawa hasil yang sangat besar. Beliau menjadi rujukan para penuntut ilmu, dosen maupun para ulama dalam ilmu hadis khususnya dalam al-jarh wa al-ta'dīl. Keadaan ini menimbulkan hasad (kebencian) dari orang-orang yang dengki baik ketika mengajar di Universitas Islam Madinah sehingga beliau dikeluarkan dari Universitas tersebut maupun ketika berdakwah di Damaskus, sehingga beliau dipenjara pada tahun 1389 H/1968 M.10 Ketika di penjarapun al-Albāniy tetap produktif dan menghasilkan karya yang berjudul "Mukhtaşar Şahīh Muslim".
            Dalam penelitian maupun dakwahnya, al-Albāniy menggunakan metode atau manhaj para salaf ahlus sunnah wal jama'ah. Al-Albāniy juga memiliki gaya ilmiah tersendiri yang berpijak pada asas-asas yang kokoh, yakni: yang pertama, al-Albāniy mempunyai manhaj (metode) ilmiah yang jelas dalam setiap fase pemikirannya yaitu manhaj salaf ahlus sunnah wal jama'ah. Yang kedua,  mempunyai kemampuan berdebat yang ditunjang dengan penguasaan yang kuat terhadap sunnah, asar, dan khabar. Yang ketiga, mempunyai hujjah (argumentasi) yang kuat dalam setiap fatwanya. Yang keempat, mempunyai sikap yang tegas dalam masalah yang beliau anggap benar berdasarkan dalil.11
            Kesabaran, ketekunan dan keuletan al-Albāniy dalam dakwah maupun penelitian hadis mendapatkan pujian dari para ulama, bahkan para ulama menyebutnya sebagai mujaddid abad ini. Rasulullah SAW bersabda:
إن الله َََيَبْعَثُ لهذه اﻷمةِ على رﺃس كل مائة سنة من يجدد لها دينها
"Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini pada setiap seratus tahun seorang mujaddid yang memperbaharui urusan agama mereka"12      

a.            Guru Al-Albāniy
Meskipun al-Albāniy bukanlah ulama lulusan sebuah perguruan tinggi namun bukan berarti beliau tidak mempunyai guru yang menghantarkannya menjadi seorang ahli hadis. Dalam kenyataannya al-Albāniy mempunyai guru yang ahli dibidang hadis bahasa, juga tentang fiqih.
Di antara para guru al-Albāniy13 adalah:
1)       Haji Nūh Najati (ayah al-Albāniy), kepadanya beliau belajar al-Qur'ān beserta tajwidnya, dan sekilas tentang fiqh Hanafi.
2)       Syaikh Sa'īd al-Burhāniy, kepadanya beliau belajar kitab "Marāqi΄ al-Falāh", beberapa kitab hadis dan ilmu balaghah.
3)       Syaikh Ragib al-Ţabbakh. Darinya al-Albāniy memperoleh ijazah riwayat.

b.            Murid-Murid al-Albāniy
      Al-Albaniy adalah salah seorang tokoh yang telah menghabiskan seluruh isi hidupnya untuk menuntut ilmu, mengajar dan berdakwah. Dengan demikian beliau tidak hanya memiliki puluhan murid bahkan ratusan, meski terdapat perbedaan di antara mereka baik masa, subyek maupun metode pengambilan ilmu dari beliau. Di antara mereka ada yang mengambil ilmu secara langsung atau melalui perantara kitab, kaset, atau yang lainnya. Namun demikian mereka mempunyai ciri yang sama berupa aqidah yang murni serta mengikuti al-Qur'an dan al-Sunnah sesuai pemahaman al-Salaf al-Şālih.

Di antara para murid beliau:14
1)       Ihsan Ilahi Zahir.
2)       Ahmad al-Sayyid al-Khasysyab, bermukim di Ammān Yordania.
3)       Basim Faişal Jawabirah, dosen Ilmu Hadis di Riyād.
4)       Hijazi Muhammad Syarīf, bermukim di Mesir. Beliau mendapat pujian dari Al-Albāniy sebagai seorang yang utama dalam ilmu hadis.
5)       Husain Khalid Asyisy, bermukim di Abu Dabi.
6)       Husain 'Audah al-Awayisyah, bermukim di Ammān Yordania.
7)       Hamdi 'Abdu al-Majīd al-Salafy, bermukim di Iraq.
8)       Khairuddin Wanli, seorang penyair terkenal yang berdomisili di Damaskus, Syām.
9)       Zuhair al-Syāwisy, pemilik penerbit al-Maktabah al-Islāmiy, berdomisili di Beirūt, Lebanon.
10)   Rida Na'san Mu'ţi, menantu al-Albāniy.
11)   Salim bin 'Ied al-Hilāliy, seorang da'i yang pernah berkunjung dua kali ke Indonesia tahun 1422 H dan 1423 H.
12)   'Āşim bin 'Abdullāh al-Qaryuti, bertugas di pusat pengkajian ilmiah Madīnah al-Munawwarah.
13)   'Abdullāh Şalih al-Ubailan, bermukim di Saudi Arabia.
14)   Abdurrahmān Albāniy, seorang ahli dalam bidang pendidikan dan dosen pada sebuah universitas di kota Riyād.
15)   'Abdurrahmān Abduşşamad, menekuni Syaikh al-Albāniy di kota Halab, Hamah, dan lainnya.
16)   'Izzat Khiżir, seorang yang diberi wasiat untuk memimpin pemandian jenazah al-Albāniy.
17)   'Ali bin Hasan 'Abdul Hamid al-Halabiy al-Asariy, beliau telah berkunjung tiga kali ke Indonesia.
18)   Umar Sulaiman al-Asyqar, berdomisili di Yordania.
19)   Muhammad Ibrāhim Syuqrah, bermukim di Ammān Yordania.
20)   Muhammad Ahmad (Abu Laila al-Asariy), bermukim di Zarqa' Yordania.
21)   Muhammad Ibrāhim Syaibāniy, penulis kitab "Hayah al-Albāniy" dalam dua jilid, bermukim di Kuwait.
22)   Muhammad Jamil Zainu, Menekuni Syaikh al-Albāniy di kota Halab, Hamah dan Ruqah Syiria, seorang dosen di Dār al-Hadīs, Makkah al-Mukarramah.
23)   Muhammad 'Abdurrahmān al-Magrawi, belajar pada al-Albāniy di Universitas Islam Madinah, berdomisili di Maroko.
24)   Muhammad 'Ied al-Abbasi, salah seorang murid al-Albāniy yang paling lama belajar pada beliau, bermukim di Riyād.
25)   Muhammad Lutfi al-Sabbāg, seorang doktor dalam bidang pendidikan, bermukim di Riyād.
26)   Mahmūd Mahdi al-Istambuli, penulis kitab "Tuhfah al-Arūs" yang telah diterjemahkan dengan judul "kado pernikahan". Beliau meninggal pada tahun 1420 H/1999 M.
27)   Muhammad Mūsa Ali Naşr (Abū Anas), bermukim di Ammān Yordania. Beliau banyak menulis makalah dalam majalah "al-Aşālah". Beliau juga pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1423.
28)   Muhammad Nāşir Tarmanini, salah seorang murid al-Albāniy yang terkenal di kota Halab Syiria.
29)   Muhammad Nasib al-Rifa'i, beliau belajar pada al-Albāniy di kota Halab.
30)   Mahmūd Aţiyah, bermukim di Syariqah.
31)   Mustafa al-Zarbūl, bermukim di kota Ammān sejak meletusnya perang teluk.
32)   Mustafa Ismā'īl (Abū Hasan al-Maşri al-Ma'rabi), berdomisili di Yaman.
33)   Masyhur bin Hasan Alu Salman, salah seorang murid al-Albāniy yang banyak mengasilkan karya tulis. Beliau bermukim di Ammān Yordania. Beliau juga pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1423 H.
34)   Muqbil bin Hādi al-Wādi'iy, belajar pada al-Albāniy di Universitas Islam Madinah, beliau meninggal di Makkah al-Mukarramah tahun 1422 H.
35)   Walid Muhammad Nabih Saif Naşr (Abū Khalīd), berdomisili di Qatar. Beliau mentahqiq kitab "Al-Syari'ah" karya Imam Ajurri.
36)   Mahfūż Rahmān Zainullah, meninggal di Uni Emirat Arab.

c.             Karya-Karya  Al-Abāniy
Sebagai seorang pecinta ilmu, al-Albāniy banyak menulis karya-karya seputar hadis maupun seputar masalah fiqih. Karya-karya tersebut selalu diiringi dengan takhrij, ataupun tahqīq, syarh, dan tanqīh atas hadis-hadis yang ada di dalamnya karena beliau memang seorang yang berkompeten di bidang ilmu hadis. Beliau juga menjadi rujukan para ulama, dosen-dosen dan para penuntut ilmu. Mereka menemui beliau dari berbagai belahan dunia untuk menimba pelajaran dari ilmu beliau.15
Karya al-Albāniy ada sekitar 218 judul yang menunjukkan ketekunan beliau dalam ilmu, di antaranya ada yang telah dicetak dan beredar di tengah kaum muslimin dan ada pula yang masih berupa manuskrip.
Karya beliau yang sudah dicetak:
1)       Ādāb al-Zifāf fi al-Sunnah al-muţahharah, (adab–adab perkawinan menurut Sunnah Rasulullah SAW yang suci)
2)       Ahkāmu al-Janāiz (hukum-hukum pelaksanaan jenazah).
3)       Āyāt Bayyināt fi ‘Adami Sama’ al-Amwāt ‘alā Mażhab al-Hanafiyah al-Sādāt (dalil-dalil yang menerangkan bahwa orang mati tidak mendengar menurut madzhab Hanafi); merupakan karya Imam al-Alusi ra yang diteliti dan ditakhrij hadis-hadisnya oleh al-Albāniy.
4)       Al-Ajwibah al-Nāfi’ah ‘an As'ilah Lajnah Masjid al-Jāmi'ah (beberapa jawaban atas pertanyaan Lajnah Masjid al-Jamiah)
5)       Al-Ihtijāj bi al-Qadar (Berhujah dengan Takdir ketentuan Allah) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ditahqiq oleh al-Albāniy.
6)       Irwā al-Galīl fi Takhrīj Ahādīs Manāri al-Sabīl. (kumpulan hadis-hadis kitab Manārus Sabīl); karya beliau dalam delapan jilid beserta satu jilid indek hadis.
7)       Islahu al-Masājid min al-Bida’i wa al-‘Awāid; karya Imam al-Qasimi yang di-takhrij hadis-hadisnya beserta tanggapan beliau.
8)       Igāsatu al-Lahafan min Maşāyidi al-Syaiţān; karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziah yang di-takhrij hadisnya.
9)       Iqtidā’ al-‘Ilmi wa al-‘amal; karya al-Khatib al-Bagdādi yang diteliti kembali  dan di-takhrij hadis-hadisnya serta dikomentari.
10)   Al-Ikmāl fi Asmā’ al-Rijāl; karya imam al-Tibrizi yang di-tahqiq.
11)   Al-Limān; karya imam Abu Bakar bin Abi Syaibah yang di-tahqiq dan di-takhrij hadis-hadisnya serta dikomentari.
12)   Al-Īmān; karya imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam yang di-tahqiq dan di-takhrij hadis-hadisnya serta dikomentari.
13)   Al-Ba’īs al-Hasīs Syarh Ikhtişar Ulūm al-Hadīs; karya Imam Ahmad Syakir yang di-tahqiq dalam dua jilid.
14)   Bidāyatu al-Su'ul fi Tafdīl al-Rasūl; karya Imam al-Izz bin Abdus-Salam yang di-tahqiq dan di-takhrij hadis-hadisnya.
15)   Ta'sīsu al-Ahkām Syarh Bulūgul Marām; karya Syaikh Ahmad bin Yahya al-Najmi yang di-ta’liq. Jilid pertama telah dicetak.
16)   Tahżīru al-Sājid min ittikhāżi al-Qubūr masājid (peringatan bagi orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid).
17)   Tahqīq Ma’na al-Sunnah; karya Sulaiman al-Nadwi yang di-takhrij hadis-hadisnya.
18)   Takhrīj Ahādīs Fadā’il al-Syam wa Dimasq; karya Imam al-Rib’i.
19)   Takhrīj Ahādīs Kitāb Musykilah al-Faqri karya Yusuf Qardhawi.
20)   Al-Ta’qīb ‘alā Risālah al-Hijāb; karya Abul A’la al-Maududi yang beliau komentari.
21)   Al-Ta’liqatu al-Radiyah 'alā al-Raudah al-Nadiyyah; karya Siddiq Hasan Khan yang beliau ta’liq.
22)   Al-Tankīl bi-mā fī Ta’nib al-Kausari min al-Abaţil; karya al-‘Allamah ‘Abdurrahman al-Mu’allimi yang beliau tahqiq dan tanggapi dalam dua jilid.
23)   Jilbāb al-Mar’ah al-Muslimah (Jilbab wanita Muslimah).
24)   Hijāb al-Mar’ah wa libāsuha fi al-Şalah (Hijab seorang wanita dalam shalat); karya Ibnu Taimiyyah yang beliau takhrij, tahqiq dan ta'liq.
25)   Hajjatu al-Nabiy SAW Kamā Rawāha 'anhu Jabīr wa rawāha 'anhu Siqāt Aşhābihi al-Akābir (Manasik Haji Rasulullah SAW menurut riwayat Jabir dan para sahabat terkemuka).
26)   Al-Hadīs Hujjah Binafsihi fi al-aqā’id wa al-ahkām (Hadis Nabi SAW adalah hujjah bagi ‘aqidah dan hukum).
27)   Al-Hadīs al-Nabawiy; karya Muhammad al-Sabāg yang beliau takhrij.
28)   Huqūqu al-Nisā’ fi al-Islām; karya Syaikh Muhammad Rasyid Ridha yang beliau ta’liq.
29)   Haqīqatu al-Syiyām (Hakikat Puasa); karya Ibnu Taimiyyah yang beliau takhrij hadis-hadisnya.
30)   Difā' 'an al-Hadīs al-Nabiy wa al-Sirah fi al-Raddi 'alā Jahalāt al-Duktūr al-Buţi fi Fiqhi al-Sirah (Pembelaan terhadap hadis Nabi dan sejarah, sebagai bantahan atas kejahilan doktor al-Buţi dalam memahami sejarah perjalanan Rasulullah saw)
31)   Al-Żabbu al-Ahmad 'an Musnad al-Imām Ahmad (Pembelaan yang terpuji atas kitab Musnad Imam Ahmad bin Hambal)
32)   Al-Raddu 'alā Arsyad al-Salafiy (Bantahan terhadap saudara Arsyad al-Salafi)
33)   Al-Raddu 'alā al-Ta'qīb al-Hasīs (Bantahan terhadap kitab Ta'qib al-Hasis karya al-Habsyiy al-Harari)
34)   Al-Raddu 'alā Syaikh Ismā'īl al-Anşāriy fi Mas'alah al-Żahab al-Muhallaq.
35)   Al-Syihab al-Saqib fi Żammi al-Khalīl wa al-Sahib; karya Imam al-Suyuti yang beliau takhrij hadis-hadisnya Raf'u al-Asār Li Ibţal Adillati al-Qā'ilina Bi Fana'I al-Nār (Menyingkap tabir-tabir dalam upaya membatalkan argumentasi orang-orang yang berpendapat bahwa neraka itu tidak kekal- karya Imam al-San'ani)
36)   Mentakhrij kitab "Riyādu al-Şālihīn" karya Imam al-Nawawi.
37)   Su'āl wa Jawāb Haula Fiqhi al-Wāqi' (Tanya jawab seputar memahami realita umat)
38)   Silsilah al-Ahādīs al-Şahīhah wa Syai'un min Fiqhiha wa Fawā'idiha (Kumpulan hadis-hadis sahih beserta fiqihnya)
39)   Silsilah al-Ahādīs al-Da'īfah wa al-Maudū'ah wa Asaruha al-Sayyi'I al-Ummah (Kumpulan hadis-hadis da'if hadis-hadis palsu serta dampak negatifnya terhadap ummat)
40)   Syarhu al-'Aqīdah al-Tahāwiyah; karya Imam Ibnu Abi al-'Izz al-Hanafi yang beliau takhrij hadis-hadisnya.
41)   Şahīh Ibnu Huzaimah, karya Imam Ibnu Khuzaimah yang beliau takhrij dan baca kembali.
42)   Şahīh al-Adāb al-Mufrad, karya Imam al-Bukhari.
43)   Şahīh al-Targīb wa al-Tarhīb, berjumlah tiga jilid.
44)   Şahīh al-Jāmi' al-Sagīr wa Ziyādatuhu, berjumlah dua jilid.
45)   Şahīh Sunan Ibnu Mājah, dua jilid.
46)   Şahīh Sunan Abū Dāwud, tiga jilid.
47)   Şahīh Sunan al-Tirmīzi, tiga jilid.
48)   Şahīh Sunan al-Nasā'i, tiga jilid.
49)   Mukhtaşar Şahīh Muslim.
50)   Al-Mugni 'an Hamli al-Aşfār fi al-Aşfār, karya al-Iraqi yang beliau ta'liq dan takhrij.
51)   Mawāridi al-Suyūţiy fi al-Jāmi' al-Şagīr.


1 Umar Abū Bakar, Syaikh Muhammad Nāşiruddin Al-Albāniy dalam Kenangan, terj. Abū Ihsan al-Asariy (Solo: Al-Tibyan, tth.), hlm. 17.

2www. Al-manhaj.com.

3 Mubarak bin Mahfuż Bamualllim, Biografi Syaikh Al-Albāniy: Mujaddid dan Ahli Hadis Abad ini (Bogor: Pustaka Imam Al-Syafi'iy, 2003), hlm.13.

4 Rastana, "Pemikiran Muhammad Nāşiruddin Al-Albāniy Tentang Kritik Hadis", Skripsi, Fakultas Uşuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003, hlm. 48.

5 Mubarak bin Mahfuż Bamualllim, op.cit., hlm.30.

6 Umar Abū Bakar, op.cit., hlm.18.

7 Ibid., hlm.18.

8 Ibid., hlm. 22.


9 Ibid., hlm.28.

10 Mubarak bin Mahfuż Bamualllim, op.cit., hlm.46.
                11 Ukasyah Abdul Mannan aţ-Ţaibiy, Fatwa-fatwa Syaikh Albāniy, terj. Amiruddin Abdul Djalil (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm.12.

                12 HR. Abū Dāwud dan dişahihkan al-Albāniy. Lihat al-Albāniy, Silsilah al-Ahādīs al-Şahīhah  (Beirūt: al-Maktab al-Islāmiy, 1985), jilid II, hlm.148.
13Ini menunjukkan bantahan bagi mereka yang mengklaim bahwa al-Albāniy tidak mempunyai guru atau hanya belajar secara otodidak. Lihat www.al-manhaj.com.
                14 Muhammad bin Mahfūż Bamuallim, op.cit., hlm.171-175.
                15 Umar Abū Bakar, op.cit., hlm. 55. Lihat juga Muhammad Nāşiruddīn al-Albāniy, Da'īf Sunan Ibnu Mājah (Beirut: al-Maktab al-Islāmiy, 1408/1988), hlm. 45-47. Lihat juga Ukasyah Abdul Manan aţ-Ţaibiy, op.cit., hlm.12.
Biografi Muhammad Nāşiruddīn al-Albāniy Biografi Muhammad Nāşiruddīn al-Albāniy Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi on October 11, 2015 Rating: 5

No comments:

Komentar