الله أكبر ×9 لا إله إلا الله، والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد
Segala puji untuk Allah SWT yang telah memberi
kesempatan kepada kita sekali lagi untuk menikmati ibadah shalat Idul Adha
setelah kita berpuasa Arafah hari kemarin. Kenikmatan ibadah amat dirasakan
oleh seluruh umat Islam dari seluruh dunia yang tengah menyelesaikan tahap
akhir ibadah haji di tanah suci.
Kita doakan semoga jamaah haji kita meraih
mabrur, sehat dan bisa kembali ke Tanah air masing-masing dengan warna
keislaman yang menyeluruh dan memiliki semangat perjuangan menegakkan ajaran
Islam setelah berada di tempat bersejarah dari tumbuh dan berkembangnya Islam.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi kita Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga
hari akhir nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di
seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang
menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun
Islam yang kelima.
Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di
sini kitapun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini
kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari
Arafah yang bersamaan dengan wuquf di Arafah, pemotongan hewan qurban setelah
shalat idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari
tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada
Allah swt.
وَ لِلَّهِ الْحَمْدُ اَللهُ
أَكْبَرُ3X
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dalam kehidupan ini, ada banyak sekali
prinsip-prinsip hidup yang harus kita jalani dan kita pegang teguh. Belajar
dari kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, pada kesempatan ini paling
tidak, ada empat prinsip hidup yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita,
baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah satu yang
amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa kepada Allah swt.
Do’a bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi memang
kita merasa betul-betul memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah
adalah segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung
kepada-Nya. Diantara doa Nabi Ibrahim as adalah agar negeri yang ditempati diri
dan keluarganya dalam keadaan aman . Allah swt berfirman menceritakan doa Nabi
Ibrahim as:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا
الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim [14]:35).
Dalam konteks kehidupan kondisi kita saat yang
mengalami krisis, yang semakin tidak stabil, bencana kekeringan yg
berkepanjangan, kabut asap yang tak kunjung usai, maka sudah seharusnya kita
berdoa untuk kebaikan kita agar menjadi negeri yang aman sentosa dan para
pemimpin kita diberi petunjuk dan mau menerima petunjuk jalan hidup yang benar
agar bisa melaksanakan tugas kepemimpinan dengan benar.
Prinsip hidup Kedua adalah
memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal mungkin. Hal ini
karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka lebar.
Siti Hajar telah membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski
berada di daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah
haji dan umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha.
Ketika kita sudah berdoa, jangan sampai kita
mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa
minta anak shaleh tapi tidak mencontohkan keshalehan dan tidak mendidik mereka,
berdoa minta sehat tapi mengkonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa
minta rizki tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah seterusnya.
Ini yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.
Berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki
secara halal untuk bisa menafkahi diri dan keluarga termasuk berada di jalan
Allah swt, Rasulullah saw bersabda:
الْمُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَى عِيَالِهِ كَانَ إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ كَاالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang
berkarya dan trampil. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk
keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah azza wa
jalla (HR. Ahmad).
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Prinsip hidup Ketiga yang harus
kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim as dan keluarganya
adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan dan
benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan
debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan
kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci.
Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan
terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw
bersabda:
التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti
orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi
sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran yang sangat merusak
jiwa. Karena itu, Nabi Ibrahim as sampai berdoa agar jangan sampai hatinya
kotor, karena hal itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi pada hari
kiamat:
.. إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ يَوْمَ لا
يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ
Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari
mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy
Syu’araa [26]:87-89).
Keempat yang merupakan prinsip
hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim as dan keluarganya adalah Tidak
Menyombongkan diri atas kebaikan yang dilakukannya. Dalam kehidupan manusia,
banyak orang baik merasa paling baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang
atau kelompok yang baik. Begitu pula ada orang yang berusaha menjadi orang yang
benar tapi merasa sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar.
Ini merupakan kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
(QS Ash Shaffat [37]:102).
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail as menunjukkan
ia seorang remaja dengan kepribadian yang matang. Ia langsung menangkap
perintah Allah swt dari cerita mimpi ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya
dengan segala konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia mengatakan insya
Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
Itu artinya ia memang siap menunjukkan kesabaran,
tapi ia tidak mengklaim sebagai anak yang paling sabar apalagi mengklaim
sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu bahwa dahulu banyak orang
yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya. Ini berarti, Ismail
bukan hanya punya pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi
juga begitu tawadhu atau rendah hati dengan mengatakan termasuk orang yang
sabar.
Karena itu, ibadah haji yang sedang dilaksanakan
oleh kaum muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa kita tidak pantas
berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan, ini
diisyaratkan dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika
dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.
Demikian khutbah Idul adha kita pada hari ini,
semoga menjadi poin-poin penting dalam upaya memperbaiki kualitas hidup kita
masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun masyarakat dan
bangsa.
Khutbah Ke-Dua
اَللهُ أَكْبَرُ ... X
7 اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ ... اِتَّقُوْا اللهَ
فِيْمَا أَمَرَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى صَلَّى عَلَى نَبِيِّهِ
قَدِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ
لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتَنَا الَّتِي
فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ
الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. اللّهمَّ أَعِزَّ الإسْلاَمَ وَالمسلمين
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ دَائِرَةَ
السَّوْءِ عَلَيْهِمْ يا ربَّ العالمين. اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى
الحَقِّ وَالثَّبَاتَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وصَلِّ
اللهمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وصَحْبِهِ
وَسَلِّمْ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهُ أَكْبَرُ ... X
3 وَلِلَّهِ الْحَمْدِ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Teks khutbah Iedul Adha 1436 H
Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi
on
September 20, 2015
Rating:
No comments:
Komentar