Kewajiban belajar mengajar merupakan suatu tuntutan bagi manusia yang menginginkan suatu kehidupan yang layak sebagai implementasinya dalam memakmurkan dunia. Manusia yang sudah dibaiat oleh Tuhan sebagai khalifah agar senantiasa menjadi pemimpin dan bisa menjadi kemaslahatan bagi dirinya, orang lain dan alam sekitar. Dalam realitasnya, konsep belajar mengajar memang banyak mengambil dari konsep Barat. Dan tidak ada salahnya selama konsep tersebut baik dan bisa mengangkat harkat dan martabat manusia. Namun, alangkah lebih bijak ketika kita juga tahu bagaimana pandangan al-Qur'an tentang hal tersebut. Dan banyak ayat-ayat dalam al-Qur'an yang bisa kita jadikan landasan dalam praktek mengajar mengajar. Di antaranya adalah dalam wahyu yang pertama diturunkan yakni Surat al-'Alaq.
Dasar falsafah:
Teks Ayat:
اقرا با سم ربك الدي خلق
خلق الانسان من علق
اقلرا وربك الاكرم
الدي علم بالقلم
علم الانسان ما لم يعلم
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mu Yang Maha Mulia, yang telah mengajarkan dengan al-Qalam. Yang telah mengajarkan manusia sesuatu yang belum ia ketahui"
Analisis Kebahasaan
Huruf "ba" pada kalimat "Bismi rabbik" adalah harfu jarr yang memiliki dua artikulasi. Yang pertama sebagai tambahan (zaidah) yang terjemahannya sama dengan tanpa "ba". Iqra' bismi rabbika terjemahannya adalah bacalah nama Tuhan-mu. Tampaknya, jika konsep ini yang diikuti, ada beberapa keberatan ilmiah. Apabila yang dimaksud objek bacaan adalah nama Tuhan, tentu saja tidak dapat diterima. Karena, pertama Rasulullah Saw adalah seorang yang hatinya tak pernah berhenti mengingat nama Allah. Kedua, beliau tidak akan menjawab "maa anaa biqarii" ketika pertama kali beliau menerima wahyu di Gua Hira. Ketiga, jika "ba"-nya zaidah sebagai huruf penambah, maka terjadi Tadlyi al-ba (penyia-nyiaan huruf "ba" tanpa makna).
Pendapat kedua menyatakan bahwa objek yang harus dibaca oleh Rasulullah itu al-Qur'an. Karena membaca dalam term al-Qira'ah dalam al-Qur'an selalu digunakan untuk membaca al-Qur'an itu sendiri. Di sisi lain, ada suatu kaidah yang menyatakan bahwa suatu kata dalam susunan redaksi yang tidak disebutkan objeknya, maka arti kata tersebut dan objeknya bersifat umum, meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Maka, dari sini dapat disimpulkan bahwa
[1] al-Qira'ah tidak berarti hanya membaca, melainkan termasuk ke dalam arti menyampaikan, menelaah, dan sebagainya.
[2] Objek dari kata tersebut mencakup segala yang dapat dijangkau, baik berupa bacaan suci yang bersumber dari Tuhan, maupun bukan bacaan suci, baik ayat-ayat quraniyyat maupun ayat-ayat kauniyyat.
Perintah membaca, menelaah, menyampaikan, meneliti dan sebagainya, dikaitkan dengan keharusan menyebut nama Tuhan (Bismi rabbika). Pengertian ini merupakan syarat mutlak sehingga menuntut si pembaca bukan sekedar melakukan bacaan dengan ikhlas, tetapi juga antara lain dapat memilih bacaan-bacaan yang tidak mengantarkannya kepada hal-hal yang tidak bertentangan dengan nama Allah itu. Mengapa harus dengan kata Rabb, dan tidak dengan kata Allah yang merupakan esensi Tuhan sebagaimana dalam Basmalah. Padahal kata Allah lebih Agung dan lebih Mulia? Karena, pertama, ayat ini merupakan ayat perintah beribadah dan penggunaan kata Rabb yang sesungguhnya adalah perbuatan Tuhan, akan lebih mendorong jiwa si penerima perintah untuk melaksanakannya. Kedua, karena surat ini merupakan surat yang pertama kali diterima oleh Nabi, maka penggunaan kata Rabb dimaksudkan agar Nabi tidak merasa kaget.
Perintah membaca dalam surat ini terulang dua kali, yaitu pada ayat pertama dan pada ayat ketiga. Telah dikemukakan, bahwa perintah membaca pada ayat pertama berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang ketika membaca. Maka perintah membaca pada ayat ketiga berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dari hasil bacaan tersebut. Hal ini dapat dipahami dari ayat selanjutnya (keempat) bahwa dari kerja membaca itu seseorang akan memperoleh ilmu pengetahuan.
"'Allama bil Qalam", yang dimaksud al-Qalam. Menurut sebagian ulama Tafsir, adalah "al-Kitabah", dan penggunaan kata tersebut sebagai kinayah. Tetapi, menurut kebanyakan Mufassirin Kontemporer, al-Qalam adalah segala macam alat tulis menulis dari mulai yang sederhana sampai kepada mesin-mesin tulis dan cetak yang canggih, dan ia bukan merupakan satu-satunya alat atau cara untuk membaca atau memperoleh pengetahuan.
Tafsir Ijmaly
Perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia sebagai homo educandum. Pengaitan kata "'Allama" dengan kata "al-Insan" pada ayat kelima, menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik yang antara lain dengan cara membaca. Dan pendidikan adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna. Hal ini juga secara korelatif dapat dipahami dari penggalan ayat "khalaqa min 'alaq" dan "'allama bil Qalam". Kedua penggalan ayat tersebut mengisyaratkan bahwa meski manusia diciptakan dari setetes air mani yang sangat hina, jika ia belajar dan berpikir sampai ia memperoleh ilmu pengetahuan, maka ia akan menempati derajat yang tinggi, sebagaimana juga dijelaskan dalam surat al-Mujadalah ayat 11.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu 'berlapang lapanglah dalam Majlis' maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan diantara kamu beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.58:11)
Oleh karena itu, kiranya benar orang yang mengatakan, bahwa:
Sejarah umat manusia, secara umum dapat dibagi dalam dua fase utama. Yaitu fase sebelum penemuan alat tulis baca dan fase sesudahnya, sekitar lima ribu tahun yang lalu dengan telah ditemukannya tulis baca, peradaban umat manusia berjalan sangat pesat dan cepat. Peradaban yang lahir pasca ditemukannya tulis baca tidak lagi dimulai dari nol. Peradaban yang datang mempelajari peradaban yang lalu dari apa yang ditulis oleh yang lalu dan dapat dibaca oleh yang datang kemudian.
Semoga bermanfaat.
Kewajiban Belajar Mengajar dalam Perspektif al-Qur'an Surat al-'Alaq Ayat 1 - 5
Reviewed by As'ad
on
September 10, 2016
Rating:
No comments:
Komentar