Kehidupan
ilmuwan dan pustakawan selalu bergelimang kutipan. Sejak awal kelahiran ilmu
pengetahuan dan perpustakaan-perpustakaan ilmiah, kegiatan kutip mengutip sudah
lahir. Maka tidaklah mengherankan kalau analisis sitasi dianggap cabang
bibliometika dan informetrika yang paling besar, serta dinamakan juga citationstudies. Fokusnya adalah pada kaitan antar publikasi (publication-publication
link). Lebih tepatnya lagi, kajian sitasi ini mempelajari seberapa banyak
atau sering sebuah karya atau seseorang dikutip oleh karya lainnya.
Sitasi
merupakan bagian dari (metode) penelitian bibliometrik, yang secara khusus
menelaah hubungan antar pengarang dan karya-karya mereka. Menurut Harrod’s
Library Glossary and Reference Book “ citation adalah suatu rujukan pada suatu
teks atau bagian dari suatu teks yang menunjuk pada suatu dokumen dimana teks
itu dimuat”. Menurut Lasa “ Analisis
sitasi adalah cara penghitungan atas karya tulis yang disitir oleh pengarang.
Karya itu dugunakan untuk persiapan penulisan karya tulis mereka”. Sedangkan menurut ALA Glossary 0f Library and Information Science
dalam Hasugian Sitiran adalah suatu catatan yang merujuk pada suatu karya yang
dikutip atau beberapa sumber yang memiliki otoritas”.
Sulistyo–Basuki
menyatakan bahwa: Analisis sitiran
digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari pengarang yang
disitir, karena beberapa studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui
karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari
penelitian dan publikasi.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “sitiran adalah menyebut atau menulis
kembali kata–kata yang telah disebut (ditulis) orang lain”. Referensi berarti
rujukan atau petunjuk, sedangkan citation (sitiran) berarti kutipan.
Purnomowati menyatakan bahwa “sitasi,
sitiran, atau citation adalah informasi ringkas tentang dokumen yang disitir
dan disisipkan dalam teks, sementara informasi selengkapnya dimuat pada daftar
referensi”. Referensi yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah deskriptif
bibliografi dari dokumen yang disitir, umumnya disusun berupa daftar yang
disajikan pada akhir bab, artikel atau buku.
Sitiran atau
citation di dalam penulisan ilmiah sangat penting. Dalam penulisan ilmiah,
peneliti memerlukan bahan pustaka pendukung bagi tulisannya. Seorang peneliti
atau penulis ilmiah wajib mencantumkan nama pengarang yang pernyataannya
dikutip atau disitir didalam artikel, makalah, laporan hasil atau penelitian
yang ditulisnya. Kewajiban tersebut untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya
peneliti tersebut telah menelaah terlebih dahulu bidang yang pernah dilakukan
oleh orang lain. Dengan demikian, sitiran dilatarbelakangi oleh hubungan antara
dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir.
Ditegaskan
oleh Garfield dalam Hartinah bahwa “analisis sitiran banyak digunakan dalam
kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang diperlukan, tidak
memerlukan interpretasi, valid dan reliable”.
Dalam menggunakan kajian analisis sitiran, masalah yang perlu dipertimbangkan
adalah:
1. Hanya
penulis utama yang menjadi perhatian
2. Penulis
yang mempunyai nama sama, bidang sama dibutuhkan.
3. Jenis
sumber dokumen (artikel, makalah, dan lain–lain).
4. Tidak
dibatasi oleh waktu.
5. Untuk
bidang yang multi disiplin, kesulitan untuk analisis subjek.
Kajiananalisis sitiran digunakan karena adanya beberapa masalah yang perlu
dipertimbangkan didalam menganalisis sitiran suatu dokumen. Kegiatan sitir
menyitir merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam penulisan sebuah karya
tulis dan merupakan hal yang umum dilakukan oleh seorang peneliti atau penulis,
karena untuk menghasilkan karya atau dokumen baru sangat membutuhkan bahan
rujukan yang telah terbit sebelumnya serta mempunyai kaitan dengan dokumen yang
menyitirnya.
Para ilmuwan
mempunyai kebiasaan mendokumentasikan karyanya dengan cara mengutip
karya-karyanya sendiri yang berkaitan dengan karya yang sedang dikerjakan. Di
abad 16, para pengarang sering malakukan duplikasi atas karya-karya sebelumnya,
tanpa mereka sadari. Terjadi pergeseran, kemudian, di kalangan para ilmuan
untuk memberikan bobot-lebih karya-karyanya dengan mengutip dan mengacu pada
sumber lain. Sekarang, pencantuman referensi dipercaya menjadi sangat esensial
dalam komunikasi keilmuan dan teknis secara “effective” dan “intelligent”
Beberapa
kriteria penilaian suatu dokumen yang akan disitir adalah :
1.
Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan penulis.
Topik permasalahan harus diketahui
oleh penulis yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik
mencakup Who (siapa), when (kapan topik
tersebut didiskusikan), where (di mana topik itu menjadi berarti), dan how
(bagaimana hubungan topik iti dengan topik lain).
2.
Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa
dokumen tersebut ditujuk.
3.
Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemingkinan
akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sam dengan penelitian
yang sedang dilaksanakan.
4.
Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi
informasi yang sangat substansial dibidangnya, karena memuat teknik, metode
atau teori yang dipakai sepanjang waktu.
5.
Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang
terhadap suatu jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen.
6.
Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang menjadi
figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang
besar pula untuk disitir.
7.
Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat
informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru.
8.
Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula
menjamin mutu terbitan
9.
Recency/kemutakhiran, membandingkan corak baru suatu
dokumen dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan waktu
penerbitan.
Akhirnya,
semua referensi yang relevan, atau yang menjadi bahan penulisan sebuah karya
akan dicantumkan pada karya yang bersangkutan. Seorang penulis yang
mencantumkan kutipan pada daftar referensinya, secara langsung maupun tidak
langsung memberitahukan pada pembaca: relevansi
historis kutipan tersebut terhadap karya yang bersangkutan. Sekurang-kurangnya,
bagi karya tersebut.
Teori
tersebut mungkin ada benarnya, akan tetapi kehilangan konteks sosial, karena
ketiadaan elemen sosial untuk melacak dan menentukan jenis pengetahuan yang
bisa diterima oleh individu yang berbeda.
“Proses
pribadi atas dasar apa penulis memilih referensi”. Bahwa setiap indiividu
(penulis) mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda (pada saat menulis) dalam
memilih: alasan, bagian, waktu mengutip.
Pertanyaannya adalah “apakah penulis mempunyai kriterinya yang jelas yang
menuntunnya dalam memilih jenis dan menentukan jumlah referensi yang
dikehendaki?
Pandangan
“normative behavior” menyatakan bahwa sitasi merupakan cara memberitahukan
kedalaman intelektual dan biasanya dipengaruhi oleh nilai kebenaran, kognisi,
isi dan metodologi artikel yang dikutip.
Manfaat dapat digambarkan adanya
hubungan antara sebagian atau seluruh dokumen yang disitir dengan dokumen yang
menyitir. Dalam hal ini dapat dihitung seberapa banyak karya tulis yang disitir
oleh para penulis ilmiah. Saling merujuk atau mengutip dalam penulisan karya
ilmiah merupakan kewajaran selama
dilakukan dengan objektif, kejujuran dan saling menghormati.
Adanya penyitiran karya tulis membawa beberapa manfaat, antara lain:
1.
menjunjung etika keilmuan;
2.
pengakuan terhadap prestasi seseorang;
3.
mengenali metode maupun peralatan;
4.
adanya penghormatan terhadap karya orang lain;
5.
membantu pembaca dalam penemuan kembali akan sumber
informasi;
6.
memperoleh latar belakang bacaan;
7.
mengoreksi karya karya sendiri atau karya orang lain;
8.
memberikan kepuasan;
9.
mendukung klaim suatu temuan;
10.
memberikan informasi tentang karya yang kan terbit;
11.
membuktikan keaslian data;
12.
menyangkal atau membenarkan pemikiran atau gagasan
seseorang,
13.
mendiskusikan gagasan dan penemuan orang lain.
Menurut pendapat Hurt “analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan literatur pada subjek tertentu yang juga
berkorelasi dengan perkembangan subjek tersebut”. Sehingga dari tiap kelompok
subjek dapat diketahui kelas subjek yang dominan.
Pendapat Suharjan bahwa “daftar pustaka yang terhimpun dalam
kelompok–kelompok spesifik dapat pula membantu proses penelitian”.
Sitasi atau citation di dalam penulisan ilmiah sangat penting. Telah
dimaklumi bersama dalam penulisan ilmiah penulis memerlukan bahan pustaka
pendukung bagi tulisannya. Kegunaan bahan [ustaka pendukung antara lain untuk
menunjukkan antara kebijakan di bidang kajiannya, menerangkan suatu teori,
pengartian atau definisi, memperlihatkan kepada pembaca apa yang pernah
ditemukan oleh iluman lain, untuk memperkuat temuannya, untuk memanfaatkan metode,
sebagai pembanding, dalam hal ini mungkin memperlihatkan beda atau kesamaan
pendapat dengan ilmuan lain, dan banyak lagi alasan lain yang dapat memperkuat
kesahihan penelitian yang dilakukan.
Dengan kata lain sitasi adalah menunjukan asal-usul atau suatu kutipan
menguntip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan
mencantumkan kedalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan
bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain dan berikut contohnya.
Isi sitasi
-
Buku : pengarang, judul buku, penerbit dan tahun
publikasi
-
Jurnal: pengarang, judul artikel, judul jurnal,
volume, tahun publikasi dan nomor halaman.
-
Karya di Internet: URL dan tanggal tersebut diakses.
Rujukan (Referensi, Acuan, atau References)
Rujukan (Referensi, Acuan, atau References)
-
Biasanya terdapat pada akhir setiap bab dari suatu
buku atau pada akhir suatu artikel jurnal atau makalah.
-
Entri disusun sesuai urutan kutipan di dalam teks atau
secara alphabetis.
Daftar pustaka (Daftar Kepustakaan, Biografi, atau Bibliography)
Daftar pustaka (Daftar Kepustakaan, Biografi, atau Bibliography)
-
Terdapat pada akhir suatu buku atau jenis monograf
lainya.
-
Entri disusun secara alphabetis (A-Z) tanpa
pengelompokan jenis sumber.
-
Jika pengarang yang sama dikutip beberapa kali dari
karya yang berbeda, entri didaftar secara kronologis berdasarkan tahun
publikasi.
-
Jika pengarang dikutip untuk dua atau lebih karya yang
dipublikasi pada tahun yang sama, tambahkan huruf kecil a, b, c, ,dst setelah
tahun terbit, contoh: 2005a, 2005b, 2005c.
Gaya sitasi (Citation Syle)
Terdapat beberapa gaya sitasi yang dibuat dan diterbitkan oleh berbagai
asosiasi atau individu yang digunakan oleh para penulis. Anda harus memilih dan
menggunakan salah satu gaya tersebut secara konsisten. Beberapa dari gaya
tersebut disajikan berikut ini:
-
Cichago style, semua bidang.
-
Turabian style, semua bidang.
-
MLA (Modern language assosiation), kesusasteraan, seni
dan humaniora.
-
APA (American Psychological Association), psikologi,
dan pendidikan dan ilmu-ilmu sisoal lainnya
-
AMA (American Medical Assiciation) kedokteran,
kesehatan dan biologi
-
NLM (National Library Of Medicine)
-
ACP (American Chemical Society)
-
APSA (American political science association), politik
-
CBE (council of biology editors)
-
IEEE style
-
ASA (American Sociopogical Association)
-
Columbia syle
-
MHRA (Modem Humanities Research Assosiation
Metode Analisa Sitasi Publik Ilmiah
Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi
on
June 12, 2015
Rating:
No comments:
Komentar