Biografi KH Adlan Aly Karomah Sang Wali


Judul Buku : Biografi KH Adlan Aly Karomah Sang Wali

Penulis : Anang Firdaus
Penerbit : Pustaka Tebuireng
Cetakan : Pertama, 2014

Tebal : 258 halaman
Peresensi : Muhammad Septian Pribadi, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asyari semester V. Aktif di Tebuireng Media Group dan Penerbitan Majalah Tebuireng


Suatu ketika Kiai Adlan menaiki mobil Corola merah bersama Ma’mun putra Pak Tohir. Selesai acara Kiai Adlan Aly pulang pukul satu malam. Sesampainya di Mantingan, bensinya habis. Di daerah tersebut jam sembilan malam pom sudah tutup begitu pula para pengecer sudah menutup warungya. Sang supir pun lapor, “Mbah Yai, bensinya habis. Lalu beli di mana? Kalau sudah jam sekian, tidak ada penjual bensin yang buka, Yai…” mendengar itu, Kiai Adlan Aly pun keluar mobil dan berjalan kaki. Di pinggir jalan, beliau menjumpai seorang penjual degan, kelapa muda. Lalu beliau membeli dua. Yang satu diberikan kepada supir dan menyuruhnya meminum degan tersebut. Dan satu buah disuruh diletakkan di dekat mesin mobil. Setelah itu Kiai Adlan berkata “Ya sudah, ayo naik..” Tak disangka tiba-tiba bensinya jadi full. Subhanallah (hal. 161)

KH. Adlan Aly ulama pendiri tarekat Cukir Jombang ini, merupakan Kiai amat disegani.Selain ahli Fiqih dan hafal al-Qur’an, juga ahli dalam bidang otomotif dan perdagangan.Salah satu murid kesayangan Hadratussyaikh KH.M. Hasyim Asy’ari ini, dianggap unik, yakni mengamalkan tarekat. Padahal gurunya sangat menentang tarekat. Lantas, apa yang membuatnya memberanikan diri mendirikan tarekat di Cukir?
Buku bertajuk, “Biografi KH. Adlan Aly Karomah Sang Wali ini mengajak kita untuk menelusuri jejak hidup pendiri Tarekat Cukir. Dari mulai awal mengembara, menyantri di Pesantren Tebuireng dan tokoh tarekat. Menurut penulis, Anang Firdaus, KH. Muhammad Adlan Aly dilahirkan di Gresik pada tahun 1900 M dan wafat pada tanggal 6 Oktober 1990 M yang bertepatan pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1441 H.
Beliau terlahir di tengah keluarga Pesantren Maskumambang, sebuah pesantren besaryang di dirikan oleh kakek beliau, KH. Abdul Djabbar pada tahun 1859. Kakek beliau adalah seroang ulama yang sangat berpengaruh dan disegani di Gresik dan sekitarnya. Beliaulah yang membuka desa Maskumambang, yang sebelumnya berupa hutan menjadi tempat dakwah dan penyebaran ilmu agama.
Organisasi Kaum Sufi
Tarekat merupakan tahapan-tahapan dalam menggapai kesempurnaan. Diawali dengan tahapan memahami syaria’at, kemudian menapaki tarekat dan tujuan akhirnya mencapai hakikat. Dalam perkembangannya perkumpulan tarekat atau yang disebut organisasi kaum sufi ini melegalisasikan kegiatan tasawuf.
Menurut sejarah Islam di Indonesia, tarekat memiliki peranan amat penting dalam membumikan islam di tanah  nusantara. Hal ini juga di dukung oleh pendapat Martin Van Bruinessen, seorang pakar kajian Islam dari Belanda, menuturkan, bahwa tarekat memainkan peranan yang sangat penting pada saat proses Islamisasi berlangsung di Indonesia. (hal. 92)
Di Indonesia sendiri tarekat bukanlah hal yang baru. Bukti nyata telah ditemukan naskah-naskah tasawuf yang ditemukan di tanah Jawa dan Sumatra. Lalu pada tulisan jawa belakangan ini yang ditemukan menunjukkan ajaran tasawuf yang lebih kental. Kemudian tarekat mulai memperoleh pengikutnya, pertama dari lingkungan kerajaan kemudian menyebar ke kalangan masyarakat luas.
Perkembangan tarekat sendiri tidak diperoleh secara instan dan cepat melainkan dilakukan dengan perjalanan setahap demi setahap. Dimulai dari para dinasti raja mengunjungi tanah Arab dan berbai’at menjadi pengikut sejumlah tarekat. Kemudian berkembang dan terus berkembang menjadi kumpulan yang besar. Seperti tarekat Syadziliyah, Kubrawiyah, Naqsabandiyah, dan Syattariyah.
Pertentangan Tarekat
KH. Adlan Aly merupakan salah satu pimpinan Tarekat. Awalnya beliau adalah pengikut tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah yang berpusat di Pesantren Rejoso Jombang. Tarekat yang bersanad pada guru besar kaum Sufi, Ahmad Khatib al-Sambasi ini kemudian mengalami perpecahan menjadi dua kubu sebab permasalahan pilihan politik oleh KH. Musta’in Romli. Satu pihak tetap bertahan dengan KH. Musta’in Romli dan satunya lagi mengangkat KH. Adlan Aly sebagai mursyid baru dengan nama Jam’iyah Ahl al-Thoriqoh al-Mu’tabaroh Al-Nahdliyah Cukir.
KH. Hasyim Asy’ari sangat menentang tarekat. Beliau pernah berdebat dengan Kiai Khalil yang merupakan pewaris pertama tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah di Jombang. Kiai Hasyim, menuduh Kiai Khalil mendakwahkan kewalian dirinya. Dan hal semacam itu sudah menyalahi konsep tarekat dan ketasawufan (hal.95)
lantas apa yang membuat Kiai Delan memberanikan diri mengikuti tarekat? Tidak cuman sampai disitu, Beliau juga malah menjadi pimpinan tarekat itu sendiri. Padahal KH. Hasyim Asy’ari adalah guru Beliau yang jelas-jelas menolak tarekat. Ada apakah demikian?
Buku biografi ini juga dilengkapi dengan kesaksian-kesaksian  para keluarga, murid dan teman-teman beliau. Sehingga banyak sekali para saksi mata karomah sang wali yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Diantaranya kesaksian KH. Abdurrahman Wahid, Gus Mus, KH. Ishaq Lathif, Habib Alwi tugu, KH. A. Hakam Choliq dan masih banyak tokoh-tokoh lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Kiai, panggilan prestisius yang disematkan pada seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang agama, pengobatan atau memiliki karomah melebihi orang lain pada umumnya. Sehingga tak jarang kiai menjadi “konsultan sosial” dari berbagai masalah yang menerpa masyarakat di sekitarnya. Menjadi pemecah kebuntuan kehidupan sosial  dalam berbagai aspek dan sendi-sendi kemasyarakatan.


Anang Firdaus, dalam buku Karomah Sang Wali. Sebuah biografi tentang jejak langkah seorang ulama kharismatik ini mengisahkan kehidupan KH Muhammad Adlan Aly yang penuh dengan karomah dan keteladanan. Melalui buku ini ia menyatakan bahwa dalam kehidupan seseorang harus memiliki akhlakul karimah dalam pergaulan sehari-hari. Setiap tindak tanduk anak adam akan memiliki arti. Arti yang akan memberikan pengaruh pada kehidupan generasi selanjutnya.



Berawal dari sebuah pesantren di daerah Maskumambang, Gresik. Adlan kecil mulai menempa pendidikan agama. Pesantren Maskumambang merupakan tanah kelahirannya dan disini pula Adlan memperoleh ilmu agama dibawah asuhan pamannya KH Faqih Abdul Jabbar yang merupakan putra dari KH Abdul Djabbar (Pendiri Pesantren Maskumambang).



Kesungguhanya dalam belajar agama membawa Adlan kecil melanjutkan rihlah Ilmiahnya  kepada KH Munawwar, Kauman, Gresik untuk menghafal Al-Qur’an saat berumur 14 tahun. Merasa haus dengan samudra ilmu ia melanjutkan tabarukkan kepada KH Muhammad Said bin Ismail di tanah Madura dan memperoleh sanad Al-Qur’an yang muttasil dengan baginda Rosul. Hingga akhirnya berguru langsung kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asyari di pesantren Tebuireng.



Saat menjadi santri di Tebuireng, Yai Delan (panggilan KH M Adlan Aly) menjadi kepercayaan dan santri kesayangan Yai Hasyim Asyari. Pasalnya beliau adalah Hafidz Al-Qu’ran dan alim. Tak jarang Yai Hasyim sering meminta pendapat kepada beliau bilamana ada permasalahan seputar fiqh. Beliau sering diminta menjadi imam mengantikan Yai Hasyim saat berhalangan hadir. Khususnya saat Ramadhan, menjadi imam shalat tarawih di masjid Tebuireng.



Sejak saat itu, KH Adlan Aly kerap menjadi qori’ dan guru dalam kegiatan belajar mengajar di Tebuireng. Hampir setiap hari kesibukannya diisi untuk mengajar kitab dan menerima setoran hafalan Qur’an para santri. Membantu pesantren gurunya yang sangat beliau kagumi. Hingga puncaknya beliau mendirikan pondok putri Walisongo di Cukir dan masih eksis sampai sekarang.



Kiai Adlan merupakan seorang wali yang memiliki banyak karomah. Diantaranya selalu turun hujan saat Yai Delan mengaji kitab Fathul Qarib bab Istisqa’. Ketika beliau membaca bab tersebut lalu mempraktekan shalat istisqa’ dan mengalungkan sorban ke pundaknya dalam seketika itu hujan turun. (hal 76)



Buku karya Anang Firdaus ini mengajarkan kepada kita, bahwa siapa yang bersungguh-sungguh dia akan menemukan jalan. Barang siapa yang menanam dia akan memanen. Dan siapa yang enggan mencicipi pahitnya mencari ilmu, maka ia akan meminum hinanya kebodohan sepanjang waktu. Sebuah karya yang memberikan contoh perilaku baik dan sayang untuk dilewatkan.
Biografi KH Adlan Aly Karomah Sang Wali Biografi KH Adlan Aly Karomah Sang Wali Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi on April 10, 2015 Rating: 5

No comments:

Komentar