"Bicara Pada Cermin"
Disatu sisi Agama Memang Mengajarkan kebaikan, baik Kebaikan yang berhubungan dengan Tuhannya (Mahdlah) yang jelas sekali memiliki tuntunan yang disebut dengan (Syari'at). Dalam hal ibadah ini jelas sekali jangan sampai kita melakukan ritual (Ibadah) dengan mengada-ngada. Disisi lain Agama juga mengatur Kebaikan yang koneksinya horizontal, sesama makhluk dimuka bumi yang bisa disebut dengan Kebaikan Ghairu Mahdlah. Mengatur adab/ etika bermasyarakat, bertransaksi, bersikap dan lain sebagainya. Kesalehan/ Kebaikan sosial menurut KH. Mustofa Bisri.
Terkadang ada hal yang menarik dan menggelitik untuk dipecahkan, semisal ada yang beranggapan memakai simbol2 "kafir" dianggap pendangkalan aqidah, mulai dari tiup terompet, memakai topi kerucut, tiup lilin dihari ulangtahun, jemuran yg mirip simbol agama tertentu, bahkan sampai cara berpakaian yang menyerupai suatu kaum. Yang lebih aneh lagi, bisa otomatis murtad hanya gara-gara mengucap selamat pada salah satu Hari Raya umat selain dari Islam. Dasar mereka adalah:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031.
Memang betul, disatu kondisi tertentu kita tidak boleh menyerupai salah satu kaum di luar islam, yang resikonya kita akan hancur, karena kita dianggap bukan dari mereka. Suatu contoh, misal dalam kondisi perang, dimana kita menyerupai kostum musuh, saat perang. Jelas, kita akan terbunuh oleh tentara muslim karena kita dianggap bukan bagian dari mereka.
Tetapi jika kita tilik lagi sejarah penyiksaan Ammar bin Yasir diawal penyebaran islam, yang dipaksa murtad, dan menuruti (pura-pura) murtad demi mempertahankan hidup.
Ada Substansi yg tidak tersentuh dalam memahami kisah tersebut, yaitu NIAT.
Dalam hal ini Ammar bin Yasir tidak Berniat untuk Murtad.
......
Jadi apakah mengucapkan Selamat Hari Raya pada agama lain jadi Otomatis Kafir?
Silahkan berargument berdasarkan Hujjah kita masing-masing. Tetapi, jika kita tarik pada akar masalah dalam segala hal yang berhubungan dengan tindakan manusia, segalanya berakar pada Niat. Muaranya adalah Niat.
Innama Al-A'malu Bi Niyat.
Menurut saya, Substansi dari Pendangkalan Aqidah yang sering terdengar dalam hal ini bukanlah pendangkalan aqidah, tetapi lebih cenderung Pendangkalan Pemahaman dalam Memahami Islam yang cenderung Tekstual tanpa memahami Substansi dari Teks Tersebut.
Ini lebih pada upaya menggiring pemahaman yang Tekstual, dan jauh dari esensi Islam itu sendiri sebagai Agama yg hak dan pembawa Rahmat bagi semesta alam.
Meminjam Istilah Cak Nun : "Orang-Orang seperti ini tidak bisa membedakan apa itu MANIS dan apa itu GULA. Tidak bisa membedakan apa itu API dan apa itu PANAS. Tidak bisa membedakan BUDAYA dan SYARI'AT."
.....
Semoga bermanfaat..
Selamat menunaikan ibadah puasa, dan semoga jembar pikir e, cek gak gampang gumun.
Memahami Substansi segala hal
Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi
on
May 30, 2018
Rating:
No comments:
Komentar