Thailand adalah sebuah negara di wilayah asia tenggara yang merupakan pemerintahan Monarki Konstitusi suatu pemerintahan yang didirikan di bawah sistem konstitusional yang mengakui raja, ratu atau kaisar sebagai kepala Negara. Islam masuk ke Thailand diperkirakan sekitar abad ke-10 atau ke-11 yang dibawa oleh pedagang Arab dan India. Islam pernah berkuasa di wilayah Pattani sejak berdirinya Kerajaan Islam Pattani abad ke-14. Sejak berada dalam kekuasaan Kerajaan Siam, hingga sekarang umat islam menjadi minoritas dan terdeikriminasi oleh pemerintahan Thailand.
Kedudukan umat Islam di berbagai
Negara di Asia Tenggara ini bermacam-macam. Di Indonesia, Malaysia, dan Brunei,
umat Islam adalah sebagai mayoritas, sedangkan di Thailand, Singapura, dan
Filiphina, mereka berada dalam minoritas. Agama yang dipeluk oleh kebanyakan
rakyat Thailand adalah Budhisme.
Pembahasan ini akan dimulai dari
sejarah masuknya Islam ke wilayah thailand ini serta proses Islamisasi yang
ada. Kemudian kondisi pemerintahan yang ada di Thailand, pendidikan dan
kehiduapan keberagamaan yang dihadapi oleh bangsa thailand ini.
A. Sejarah Masuknya Islam dan perkembangan
islam di thailand
Diperkirakan para penyebar Agama
Islam yang paling banyak datang ke Nusantara diperkirakan sekitar tahun 1400-an M atau secara berturut datang setelah itu hingga Abad ke 15 dan 16 an. Dan diduga bahwa penyebar-penyebar tersebut adalah
keturunan bani Abbasyiah.
Adapun pendapat lain mengatakan
bahwa Islam diperkirakan datang ke Thailand sekitar pada abad ke-10 atau
11 M melalui jalur perdagangan. Yang mana penyebaran Islam ini dilakukan oleh
para guru sufi dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India.
Pendapat lain ada yang mengatakan Islam masum ke Thailand melalui Kerajaan
Samudra Pasai di Aceh.
Islam di Thailand banyak dijumpai di beberapa provinsi wilayah selatan Thailand yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Antara lain provinsi Pattani (80%), Yala (69%), Narathiwat, Satun (67,8%) juga Songkhla, seluruh provinsi tersebut dahulunya termaasuk wilayah kerajaan Pattani Raya pada Abad Ke-12.
Salah satu bukti yang menguatkan
pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu nisan yang bertuliskan Arab di
dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
Dahulu, ketika Kerajaan Samudera
Pasai ditaklukkan oleh kerajaan Siam (Thailand), banyak orang-orang Islam yang
ditawan, yang mana ketika itu Raja Zainal Abidin lah salah satu tawanan
kerajaan Siam yang kemudian di bawa ke Thailand. Para tawanan itu akan
dibebaskan apabila telah membayar uang tebusan. Kemudian para tawanan yang
telah bebas itu ada yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang menetap di
Thailand dan menyebarkan agama Islam di wilayah Thailand Selatan yangberbatasan
langsung dengan Malaysia.
Pada tahap pertama Islam diwarnai
da’wahnya dengan Tasawuf dan Mistik setidaknya sampai pada abad ke-17. Hal ini
karena dirasa paling cocok dengan latar belakang masyarakat setempat yang
dipengaruhi oleh asketisme Hindu-Budha dan sinkretisme kepercayaan local dan
tarekat cenderung lebih toleran dengan tradisi semacam itu. Sehingga ditemukan
bahwa terdapat nama-nama ulama sufi terkenal sebagai penyebar Islam,
diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad Dajjani Al-Qusyasyi, beliau
adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib (paman Nabi Muhammad s.a.w).
diceritakan juga bahwa ada dua orang yang sezaman/bersahabat karib yang
sama-sama menjalankan aktivitas dakwah Syeikh Syafiuddin di Pattani.banyak yang
menduga bahwa baliaulah yang pertama mengislamkan Pattani, barangkali anggapan
ini adalah satu kekeliruan karena Pattani memeluk Islam jauh lebih awal dari
kedatangan beliau ke Pattani, bahkan Pattani dianggap tampat yang telah lama
menerima Islam tak ubahnya seperti di Aceh juga.
B. Kondisi Pemerintahan di Thailand
Pada tahun 2004 bertepatan pada
bulan April, pada masa kepekimpinan Thaksin Shinawarta, insiden berdarah telah
terjadi sehingga mengakibatkan 30 pemuda muslim tewas di masjid Kru Se.
peristiwa keji terjadi yang kedua kalinya pada bulan oktober 2004 yang
mengakibatkan 175 tahanan pejuang Muslim Takbai meninggal dunia, akibat
dijejalkan militer Thailand dalam sebuah truk dengan kondisi tangan di
belakang. pada perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga Mei 2007. Periode
ini sangat urgen tidak hanya karena banyaknya korban dalam kurun waktu ini,
setidaknya 2000 korban meninggal.Sehingga di penghujung tahun 2008, Thailand
ingin memiliki Perdana Menteri baru yang diharapkan dapat membawa angin
perubahan. Dengan rezim barunya harus berjuang keras mencari alternative dalam
menangani masalah konflik Thailand Selatan.
Rupanya perdamaian Aceh (Gerakan
Aceh Merdeka) menjadi model upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand
Selatan. Identitas lokal di Thailand Selatan lebih dekat dengan Kelantan dan
Kedah, Malaysia. Masyarakat secara tradisional lebih memilih menggunakan bahasa
Melayu dibandingkan bahasa Thai yang digalakkan oleh pemerintah pusat sebagai
bahasa resmi negara. Keterpaksaan ini dirasakan masyarakat Melayu Muslim di
Thailand Selatan selama puluhan tahun.
Penggunakan bahasa Thai
diwajibkan oleh pemerintah, baik itu di kantor kerajaan, pemerintah, sekolah
dan media. Dan ternyata strategi pemerintah Thailand memang membuahkan hasil.
Dalam waktu sekitar 50 tahun, banyak generasi muda Melayu Muslim lebih suka
berbahasa Thai dibandingkan bahasa Melayu, baik di sekolah maupun dalam
pergaulan sehari-hari. Tetapi mereka ’dipaksa’ keluarga untuk berbicara dalam
bahasa Melayu ketika mereka berkumpul dilingkungan keluarga.
C. Kehidupan Keberagamaan
Ummat Islam di Thailand tidak
seberuntung seperti Ummat Islam di Malaysia yang mana hampir semua sarana
da’wah seperti masjid-masjid disediakan oleh pemerintah Malaysia. Demikian pula
dengan Imam, Khotib, Bilal, dan pengurus-pengurus masjid digaji langsung oleh
pemerintah. Sarana media seperti TV maupun radio di Malaysia diberikan waktu
tiap malam untuk da’wah Islam.
kawasan Thailand bagian selatan
yang merupakan basis masyarakat melayu-muslim adalah daerah konflik agama dan
persengketaan wilayah dengan latar belakang ras dan agama yang berkepanjangan.
Konflik Thailand selatan terjadi sejak diserahkannya wilayah utara Melayu oleh
pemerintah colonial Inggris kepada kerajaan Siam. Saat itu dibuatlah Traktat
Anglo-Siam yang menabut hak-hak dan martabat Muslim Pattani. Akibatnya, muncul
aksi-aksi perlawanan dan ditanggap pemerintah pusat sebagai separatisme, hingga
diberlakukan darurat militer di wilayah tersebut.
Di beberapa kota pelabuhan, Islam
bukanlah agama bagi komunitas perkampungan melainkan agama para individu yang
mobil yang menyatu dalam jaringan asosiasi internasional. Dari Singapura
pembaharuan Islam menyebar ke seluruh Asia Tenggara melalui perdagangan, haji,
dan melalui gerakan pelajar, guru dan sufi.
Sudah pada tempatnya dunia Islam
segera meyampaikan appeal kepada pemerintah supaya elindng, menyelamatkan Ummat
Islam dan memberikan persamaan hak di segala bidang kepada mereka, termasuk
hak-hak untuk beribadah dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, hak yang sama
dengan hak-hak yang dmiliki penduduk yang beragama Budha.
D. Pendidikan di Thailand
Pendidikan yang digalakkan oleh
pemerintah Kerajaan Thailand tergolong bersifat deskriminatif terhadap Islam.
Pada tahun 1923 M, beberapa Madrasah Islam yang dianggap ekstrim ditutup, dalam
sekolah-sekolah Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan pendidikan
etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran Budha. Pada saat-saat tertentu
anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu bernafaskan Budha dan kepada
guru harus menyembah dengan sembah Budha. Kementrian pendidikan memutar balik
sejarah, dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang
pemerintahan shah di Siam dan menjatuhkan raja.Dampak yang menonjol dari
perkembangan yang berorientasi ke dalam hal ini. Misalnya, pada tahun 1966,
sekitar 60% anak-anak di Pattani tidak dapat berbicara bahasa nasional. Hal itu
berkaitan dengan banyaknya orang tua Muslim yang lebih senang mengirimkan
anak-anaknya ke sekolah agama
Strategi yang perlu dibangun
masyarakat muslim di Thailand Selatan pada saat ini adalah memajukan
pendidikan, mendukung pembangunan nasional, dan menjaga stabilitas local.
Namun, sampai saat inipun masyarakat muslim Pattani Thailand menghadapi
diskriminasi komplek dan teror yang berlarut-larut. Sehingga kehidupan sosial
maupun politik menjadi sangat terbatas. Akhirnya pemerintah Thailand juga belum
mampu memberi pendidikan merata terhadap kaum muslim. Tekanan berbasis keamanan
selalu mengancam mereka. Kesenjangan ini menurunkan nasionalisme mesyarakat di
luar mayoritas Thai-Budha.
E. Muslim Thailand Sebagai Minoritas
Perlulah kita membatasi definisi
atau pengertian tentang minoritas muslim, karena terdapat sejumlah pertimbangan
dalam masalah ini, dengan pengertian bahwa Negara yang jumlah penduduk kaum
musliminnya lebih dari setengah jumlah
penduduk, itu tergolong Negara Islam. Akan tetapi apabila jumlah kaum
musliminnya kurang dari setengah jumlah penduduk, maka digolongkan (minoritas)
masuk ke dalam Negara yang bukan Islam.
Negara bukan Islam yang
berjulukan Negara Gajah Putih, tercatat minoritas kaum Muslim yang berjumlah
sekitar 5% atau 1,5 juta jiwa dari penduduk Thailand, Mayoritas Muslim tinggal
di wilayah selatan khususnya Pattani, Yala, dan marathiwat. Mereka kerap
terdiskriminasi dalam segala sektor kehidupan. Pada saat ini mayoritas penduduk
Thailand yang beragama Budha sekitar 80%. Daerah-dareh tersebut awalnya
merupakan bagian dari sebuah kerajaan Melayu Islam Pattani Darusalam.Daerah
yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa
kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan yang
terbesar adalah Patani. Thailand sebelumnya bernama Siam yang kemudian pada
tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muangthai.
Derita yang dialami masyarakat
muslim di Thailand Selatan yang sebagai minoritas ini adalah akibat dari
pembatasan ruang gerak mereka untuk memperoleh hak-haknya dalam bidang ekonomi,
politik, dan keagamaan. Juga karena problematika klasik yang telah berlangsung
lama yang menyalahi keyakinan dan nilai-nilai keislamannya. Minoritas ini
menuntut pemisahan diri dan kemerdekaan seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, bahwa perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi model upaya
perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan.
Dalam tatanan sosial, muslimin
Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak untuk didengar. Yaitu Kheik atau
khaek yang berarti orang luar, yang secara harfiah berarti pendatang atau orang
yang datang menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah ini juga selama berabad-abad
sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang berkulit hitam dari daerah Melayu
dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam menolak sebutan ini dan menyatakan
bahwa kedatangan mereka (khususnya di kawasan Thailand Selatan), jauh lebih
awal daripada kedatangan orang-orang Budha Thailand. Hingga istilah Thai-Islam
dibuat pada 1940-an. Akan tetapi istilah ini menimblkan kontradiksi karena
istilah Thai merupakan sinonim dari kata Budhasedangkan Islam identik dengan
kaum muslim melayu pada waktu itu. Jadi bagaimana mungkin seseorang menjadi
budha dan muslim pada satu waktu? Maka dari itu kaum muslim melayu lebih suka
dipanggil Malay-Islam.
Islam di Thailand
Reviewed by As'ad
on
November 25, 2017
Rating:
No comments:
Komentar