Dangdut adalah sebuah genre seni musik Indonesia yang tidak ada matinya. Seolah musik genre ini disukai oleh segala kalangan.Sampai dengan saat ini musik dangdut tak pernah habis bahkan audisi-audisi dangdut digelar oleh berbagai stasiun Televisi Suasta sebagai ajang pencarian bakat baru khususnya bibit-bibit muda sebagai penerus.
Dari berbagai sumber Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan "dang-ding-dut" India. Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi "dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India.
Bila kita berbicara dangdut pasti akan terbayang langsung di benak kita sang Raja Dangdut Rhoma Irama. Sang bintang dangdut indonesia yang hingga saat ini masih berkarya. Sebenarnya masih banyak tokoh-tokoh dalam dunia dangdut indonesia seperti Ida Laila, Elvi Sukaisih, Rita Sugiarto, dan banyak lagi yang lainnya.
Karya mereka masih sangat hangat terdengar ditelinga walau banyak usaha dari pedangdut lain untuk mengarasemen ulang lagu-lagu tersebut. Identiknya lagu dangdut pada masyarakat kalangan bawah, membuat keberadaannya semakin menguat. Sehingga tidak heran bagi politisi-politisi yang sedang mengkampanyekan partai-partai mereka yang konotasinya merakyat menggunakan hiburan dangdut sebagai pendekatannya.
Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai alat berdakwahnya, yang terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya serta dari pernyataan yang dikeluarkannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu pemicu polemik di Indonesia pada tahun 2003, akibat protesnya terhadap gaya panggung para penyanyi dangdut, antara lain Inul Daratista, yang goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral".
Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan.
Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari napas ini.
Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.
Tokoh-tokoh
Berikut adalah nama-nama beberapa tokoh penyanyi dan pencipta lagu dangdut populer yang dibagi dalam tiga kelompok kronologis, sesuai dengan perkembangan musik dangdut.
Pra-1970-an
Husein Bawafie
Munif Bahaswan
Ellya
A. Harris
M. Mashabi
Said Effendi
Johana Satar
Hasnah Tahar. Sedangkan pada era 1970-an
A. Rafiq
Rhoma Irama
Elvy Sukaesih
Mansyur S.
Mukhsin Alatas
Meggy Z
Herlina Effendi
Reynold Panggabean
Camelia Malik
Ida Laila
Rita Sugiarto
Noer Halimah. Setelah 1970-an Muncullah Vetty Vera
Nur Halimah
Hamdan ATT
Iis Dahlia
Itje Tresnawaty
Evie Tamala
Ikke Nurjanah
Kristina
Cici Paramida
Dewi Persik
Inul Daratista
Ridho Rhoma
Iyeth Bustami
Ine Shintya
Saiful Jamil
Erie Suzan
Beniqno Aquino
Alam
Trio Macan
Shamila
Akhsay
Irvan Mansyur
Melinda
Ira Swara
Dangdut Musik Indonesia
Reviewed by As'ad Al-Tabi'in Al-Andalasi
on
October 10, 2015
Rating:
No comments:
Komentar